JAKARTA, KOMPAS.com - Industri mobil listrik terus mengalami perkembangan pesat di Indonesia, dengan berbagai merek dan model baru yang terus bermunculan di pasaran.
Meskipun ini merupakan gebrakan positif dalam memperluas opsi mobil ramah lingkungan bagi konsumen, situasi ini juga memunculkan tantangan baru bagi penjualan mobil listrik bekas.
Agus, pemilik diler mobil bekas Auto Haus di Jakarta Pusat, menilai mobil listrik butuh waktu untuk penyesuaian.
Baca juga: Survei 49 Persen Warga Jakarta Menolak Pembatasan Usia Kendaraan
"Kalau Pemerintah serius sih, jalan. Tapi kita lihat sekarang kan SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) tempat charging belum merata," ungkap Agus.
Ketidakmerataan ini menjadi salah satu kendala utama bagi calon pembeli mobil listrik bekas, yang khawatir tentang ketersediaan fasilitas pengisian daya yang cukup dan mudah diakses.
Masalah lain yang menjadi perhatian utama adalah biaya penggantian baterai.
"Ganti baterainya juga berapa. Bisa ratusan juta kan, kayak Wuling yang saya jual ini," katanya.
Biaya tinggi untuk mengganti baterai mobil listrik menjadi beban tambahan bagi calon pembeli, yang mungkin lebih cenderung memilih mobil listrik baru dengan jaminan baterai yang masih dalam kondisi optimal.
Agus juga menyoroti persaingan yang semakin ketat dengan munculnya model-model mobil listrik baru yang memiliki harga kompetitif.
Baca juga: Diler Mobil Bekas Masih Enggan Jual Mobil Listrik Seken
"Apalagi, mobil listrik sekarang terus-terusan muncul dengan harga yang tidak begitu jauh dari sebelumnya, tapi fiturnya lebih berkembang," katanya.
Kemajuan ini membuat konsumen lebih memilih sabar dan menunggu mobil listrik baru dengan teknologi dan fitur terbaru, meninggalkan mobil listrik bekas dengan tantangan menjual yang semakin berat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.