Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bus dan Truk Adu Banteng, Ingat Lagi Bahaya Mengemudi dalam Kondisi Mengantuk

Kompas.com - 29/01/2024, 10:12 WIB
Erwin Setiawan,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

KLATEN, KOMPAS.com - Bus pariwisata pengantar peziarah dan truk adu banteng di jalur pantura, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Sabtu (27/1/2024) sekitar pukul 22.00 WIB. Peristiwa ini mengakibatkan lima penumpang bus meninggal.

Berdasarkan kesaksian warga setempat, Handi, mengatakan, bus pariwisata tersebut mulanya melaju dari arah utara ke selatan dengan kecepatan tinggi. Kemudian bus oleng ke kanan mengambil jalur truk melaju dalam kecepatan sedang dari arah berlawanan.

Kepala Unit Penegakan Hukum (Kanit Gakkum) Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Kepolisian Resor (Polres) Gresik Iptu Tita Puspita Agustina menuturkan, kecelakaan maut ini diduga disebabkan sopir bus mengantuk.

Baca juga: Tragedi Kecelakaan Bus Tewaskan 5 Peziarah di Gresik, Sopir Diduga Mengantuk

Sebanyak lima peziarah makam wali tewas akibat sopir bus pariwisata AB 7072 KN yang membawa rombongan asal Pasuruan itu mengantuk. Bus Tividi berwarna hijau dan putih itu terlibat kecelakaan maut dengan truk tronton L 9310 UU di jalur Pantura wilayah Desa Kemangi Kecamatan Bungah, Gresik, Sabtu (27/1/2024) malam. Sebanyak lima peziarah makam wali tewas akibat sopir bus pariwisata AB 7072 KN yang membawa rombongan asal Pasuruan itu mengantuk. Bus Tividi berwarna hijau dan putih itu terlibat kecelakaan maut dengan truk tronton L 9310 UU di jalur Pantura wilayah Desa Kemangi Kecamatan Bungah, Gresik, Sabtu (27/1/2024) malam.

"Sopir bus mengantuk. Karena tidak konsentrasi, mengambil haluan terlalu ke kanan melewati marka," ucapnya, Minggu (28/1/2024).

Tabrakan itu membuat bus pariwisata bernomor polisi AB 7072 AN mengalami kerusakan parah di bagian depan sisi kanan. Kursi penumpang bahkan sampai terlempar ke luar.

Kerusakan juga tampak pada truk bernomor polisi L 9310 UU, yaitu di bagian depan, kaca depan pecah dan ringsek. Polisi menyebutkan, sopir bus dan truk selamat dari kecelakaan ini.

Baca juga: Korban Tewas Bus Peziarah Vs Truk di Gresik Masih Miliki Ikatan Keluarga

"Korban meninggal dunia ada lima. Rinciannya, sebanyak empat orang meninggal dunia di lokasi kejadian dan satu orang meninggal saat menjalani perawatan medis di rumah sakit," ungkap Kasat Lantas Polres Gresik AKP Derie Fradesca, Minggu (28/1/2024).

Dalam kesempatan terpisah Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana pernah mengatakan kondisi microsleep ini tidak terjadi secara tiba-tiba, tapi melalui beberapa tahapan terlebih dahulu.

"Ada fase-fasenya. Yang pertama, biasanya di tiga jam atau empat jam pertama dia (pengemudi) udah mulai letih. Di jam ketiga itu mulai super letih, ngantuk berat. Nah, di fase itulah biasanya si pengemudi terkena microsleep," kata Sony kepada Kompas.com, belum lama ini.

Baca juga: Video Detik-detik Bus PO Shantika Terjun Bebas di Jalan Tol

Pemudik harus melakukan istirahat cukup supaya terhindar dari risiko microsleep saat mengemudiSenivpetro/Freepik Pemudik harus melakukan istirahat cukup supaya terhindar dari risiko microsleep saat mengemudi

Sony mengatakan, kondisi-kondisi seperti duduk diam dalam waktu yang lama bisa memperparah dan mempercepat microsleep. Sehingga bisa dikatakan otak sebenarnya sudah tidak bisa merespon dengan baik.

Menurut Sony, ada hal yang membedakan antara perasaan mengantuk dengan microsleep. Saat mengantuk, pengemudi akan merasakan reaksi mereka melambat.

"Jika mengantuk, yang tidur adalah matanya. Tapi microsleep yang tidur adalah otaknya," kata Sony.

Baca juga: Tabrakan Bus dengan Truk di Gresik Tewaskan 5 Peziarah Asal Pasuruan


Seringkali, pengemudi yang mulai mengantuk menambah kecepatan kendaraan untuk menambah adrenalin. Namun, hal ini justru berbahaya.

"Begitu adrenalin naik, kecepatan di 140 km/jam kemudian terkena microsleep, ini fatal, maka dari itu penting bagi sopir untuk mengambil keputusan istirahat saat tubuh mulai terasa lelah" ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com