Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Toyota Tanggapi Rencana Mobil Listrik Nasional Indonesia-Geely

Kompas.com - 16/09/2023, 06:42 WIB
Ruly Kurniawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia berencana mengembangkan mobil listrik nasional bersama produsen otomotif asal China, Geely guna mempercepat pembentukan ekosistem kendaraan listrik di dalam negeri sekaligus meningkatkan nilai jualnya.

Dikatakan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan, rencana tersebut sudah mendapatkan persetujuan dari Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Mobil akan mulai diproduksi pada tahun 2025 atau 2026.

"Kita sudah bicara sejak beberapa bulan lalu, tapi puncaknya dua hari lalu. Saya tanyakan ke mereka, bisa tidak join research? Buat mobil EV dengan Indonesia. Mereka bilang bisa," kata Luhut di Jakarta, Kamis (14/9/2023).

Baca juga: Luhut Sebut Indonesia Mau Bikin Mobil Listrik Nasional, Gandeng Geely

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan dan Perdana Menteri China Li Qiang meninjau kesiapan operasional KA Cepat Relasi Jakarta - Bandung di Stasiun Karawang, Rabu (6/9/2023).KOMPAS.COM/FARIDA Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan dan Perdana Menteri China Li Qiang meninjau kesiapan operasional KA Cepat Relasi Jakarta - Bandung di Stasiun Karawang, Rabu (6/9/2023).

Terkait hal itu, Toyota Indonesia sebagai produsen roda empat terbesar di Tanah Air dengan market share 35 persen, menanggapinya dengan santai. Sebab segala sesuatu yang dicanangkan pemerintah pastinya demi tujuan bersama.

"Kalau dari kacamata Toyota ialah bagaimana mengurangi emisi atau carbon neutral. Jadi apapun produknya asalkan mengurangi emisi kita prioritaskan," kata Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy di Jakarta, Jumat (15/9/2023).

"Sebagaimana tagline kita, It's Time For Everyone. Jadi harus semua orang (berkontribusi dalam mengurangi emisi), tidak bisa kita hanya menyediakan produk tertentu misalnya BEV dengan harga tertentu saja," lanjut dia.

"Kita harus menyediakan untuk semua orang dari (segmen) yang atas melalui BEV, lalu ada PHEV, Hybrid, sampai mobil konvensional yang irit seperti LCGC. Atau bisa juga subsitusi seperti memakai bahan bakar biofuel. Kalau tidak menyeluruh, hanya mengejar ke segmen tertentu, emisinya tak akan turun banyak," kata Anton lagi.

Baca juga: Tak Harus Punya Toyota GR, Pemilik Calya Juga Boleh ke GR Garage

Toyota Kijang Innova Zenix HybridDok. TAM Toyota Kijang Innova Zenix Hybrid

Pihak Toyota juga mengaku tidak mengambil pusing pemerintah ingin berkerja sama siapa saja untuk mengembangkan suatu produk kendaraan, termasuk soal mobil listrik nasional. Sebab langkah itu juga pada akhirnya akan berkontribusi dalam merangsang pasar EV.

"Jadi siapapun selama memajukan pasar Indonesia, tidak masalah," ucap Anton.

Hanya saja, Anton meminta kejelasan mengenai lebel 'mobil nasional' yang dimaksudkan. Apakah produk kendaraan yang sudah diproduksi lokal dengan tingkat TKDN tertentu, studi dan pengembangannya dilakukan di Indonesia, atau ada pertimbangan lainnya.

Mengingat, Toyota Indonesia sendiri sudah memproduksi dua mobil listrik berteknologi hyrbid atau hibrida yaitu Kijang Innova Zenix Hybrid dan Yaris Cross Hybrid dengan melibatkan banyak pemasok lokal hingga mencapai TKDN di atas 70 persen. 

Baca juga: Mobil Listrik Nasional Akan Mulai Diproduksi 2025

Perusahaan manufaktur adalah jenis perusahaan yang mengolah bahan mentah atau setengah mentah menjadi barang jadi yang siap dijual.dok.TMMIN Perusahaan manufaktur adalah jenis perusahaan yang mengolah bahan mentah atau setengah mentah menjadi barang jadi yang siap dijual.

Bahkan, Kijang Innova Zenix pada Februari 2023 lalu mulai debut ekspor ke negara di kawasan Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah. Torehan ini sekaligus membuat Toyota sebagai produsen otomotif pertama yang mengekspor mobil listrik buatan Indonesia.

"Segala sesuatu mungkin, ya (kehadiran mobil nasional). Tetapi kan kita tidak tahu kriteria yang disebut mobil nasional itu apa. Apakah namanya nasional, atau berkaitan dengan local content, dan lainnya. Mungkin wacana itu perlu diperjelas," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com