Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Rangka Motor Jadul Lebih Kuat Dibandingkan Rangka Motor Baru?

Kompas.com - 26/08/2023, 07:02 WIB
Dio Dananjaya,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Banyak yang mengatakan bahwa motor jadul itu lebih kuat, lebih tangguh, lebih awet dan lebih bandel daripada motor keluaran baru.

Oleh karena itu sangat wajar apabila ada masyarakat tertentu yang lebih mencintai motor jadul dibandingkan motor-motor keluaran saat ini.

Eni Suratno, pemilik bengkel las Kaya Teknik di Kosambi, Tangerang, mengatakan, sejak mendirikan bengkel las spesialis rangka motor sekitar tahun 2014, motor-motor yang datang kebanyakan adalah produk keluaran baru.

Baca juga: Respons Konsumen Honda Soal Video Klarifikasi Rangka eSAF

Bengkel Las Kaya Teknik melayani perbaikan rangka motor matik yang mengalami patah atau berkarat.KOMPAS.com/DIO DANANJAYA Bengkel Las Kaya Teknik melayani perbaikan rangka motor matik yang mengalami patah atau berkarat.

“Dulu pas awal-awal (rangka patah) kebanyakan malah Yamaha, seperti Mio J dan Vixion. Baru akhir-akhir ini, tahun 2018 ke atas kebanyakan Honda,” ujar Suratno yang akrab disapa Masno, saat ditemui Kompas.com di bengkelnya (24/8/2023).

“Padahal di daerah sini semua motor lewat jalanan yang sama, tapi enggak ada tuh GL Pro atau Honda CB lawas mengalami rangka patah,” kata dia.

Masno berkesimpulan bahwa rangka motor jadul lebih kuat dibandingkan motor keluaran baru. Hipotesis ini ia ambil berdasarkan pelanggan yang datang ke bengkelnya.

Baca juga: Catat, Lokasi Razia Tilang Uji Emisi Tersebar di 5 Wilayah Jakarta

Ia juga menambahkan, fenomena rangka patah sebetulnya sudah lama dan cukup sering terjadi, terutama di kawasan muara yang airnya mulai terasa payau.

“Hampir setiap hari ada saja motor matik yang datang. Dari rangka patah, standar patah, blok mesin pecah, macam-macam. Tapi itu tadi, motor jadul hampir tidak pernah,” ucap Masno.

Menanggapi fenomena ini, Syoni Soepriyanto, Guru Besar Teknik Metalurgi Institut Teknologi Bandung (ITB), mengatakan, maraknya motor-motor keluaran baru mengalami parah rangka ia duga karena disebabkan menurunnya kualitas bahan dasar yang digunakan oleh pabrikan.

Baca juga: Oli Palsu Semakin Identik, Ada Indikasi Didalangi Mafia

Sepeda motor jadul seperti cub dan CB100 juga menjeng di museum ini.Agus Salim Sepeda motor jadul seperti cub dan CB100 juga menjeng di museum ini.

Kondisi di mana material besi atau baja yang digunakan lebih mudah retak, mudah getas, mudah berkarat, dan sebagainya.

“Itu sudah menyangkut ilmu dasar metalurgi. Mengapa besi itu harus dicampur karbon, dicampur silikon, dicampur vanadium, supaya kuat. Kalau besi saja, besi murni, dibikin rangka malah meleyot,” ujar Syoni, kepada Kompas.com (25/8/2023).

“Kemungkinan ada perubahan komposisi yang tidak dilaporkan. Jadi secara tampilan masih bagus, tapi sifat-sifat mekaniknya ada yang kecolongan, atau terkorbankan,” kata dia.

Baca juga: Honda Klaim Bercak Kuning Bukan Karat, Ini Kata Praktisi Welding

Bagian potongan rangka eSAF yang telah berkarat dan keroposKOMPAS.com/DIO DANANJAYA Bagian potongan rangka eSAF yang telah berkarat dan keropos

Ia mencontohkan penurunan kualitas rangka motor, bak produk asal China. Seperti diketahui, barang-barang asal China umumnya punya kualitas yang bersaing, tapi dengan harga lebih murah.

“Misalnya kandungan silikonnya 2-6 persen, dia mengambil yang rendah saja, yang 2 persen. Supaya enggak terlalu banyak menambahkan, kan biaya itu, nah itu seperti China,” ucap Syoni.

“Jadi mechanical properties (motor baru) ada yang kurang. Akhirnya kualitas produknya, kualitas motornya terpengaruh. Jadi mudah keropos, mudah melengkung, atau ekstrimnya ada bagian yang mudah patah,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau