Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Perilaku Salah yang Bikin Transmisi Mobil Matik Mudah Rusak

Kompas.com - 04/07/2023, 08:22 WIB
Gilang Satria,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mobil matik dibuat untuk memudahkan saat berkendara. Dalam pengoperasiannya mobil matik lebih sederhana daripada manual, namun bukan berarti bisa diperlakukan sembarangan.

Pemilik bengkel spesialis Worner Matik Hermas Efendi Prabowo mengatakan, saat mengendarai mobil matik, pengemudi harus menggunakan perasaan dan tidak boleh kasar.

Baca juga: Pemprov DKI Diminta Segera Pakai Mobil Listrik Sebagai Kendaraan Dinas

Mekanisme kerja transmisi mobil matik Mobilmo.com Mekanisme kerja transmisi mobil matik

"Sekarang ini teknologi matik baik untuk matik konvensional maupun CVT itu semakin maju dan mobilnya makin halus, nyaman, responsif dan akseleratif. Sehingga masalahnya lebih banyak dibandingkan mobil di bawah tahun 2010 dan 2000-an," kata Hermas kepada Kompas.com, Senin (3/7/2023).

"Dengan teknologi makin bagus masalahnya semakin beragam sekalipun gejala yang ditunjukkan mirip-mirip, seperti perpindahan tuasnya kasar, loss, kemudian shifting gear masalah, loss partial, berisik dan banyak kendala, tapi kalau dulu pemicunya sederhana sekarang penyebabnya jadi banyak variasinya," katanya.

Hermas mengatakan setidaknya ada dua perilaku salah yang sering dilakukan pengemudi yang membuat umur transmisi mobil matik lebih pendek, jadi cepat rusak.

Baca juga: Video Viral Bocah Pakai Honda Karisma Taklukkan Tanjakan Motor Trail

Cara mengecek kondisi kesehatan transmisi mobil matik bekasKompasOtomotif Cara mengecek kondisi kesehatan transmisi mobil matik bekas

Pertama

Pada mobil manual tuas transmisi bisa dipindahkan jika menginjak pedal kopling. Sedangkan pada mobil matik tuas transmisi bisa digeser tanpa harus menginjak pedal tertentu.

Namun, hal ini tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Misalkan saat akan parkir, di mana mobil hendak maju ataupun mundur dalam posisi belum benar-benar berhenti tetapi tuas transmisi sudah digeser.

"Pertama karena orang buru-buru, orang bawa matik, perpindahan tuasnya tidak boleh buru-buru, sebab proses engagement-nya (interaksinya) lebih lama, kopling belum bekerja dengan baik maka ada resiko timbul masalah," kata Hermas.

"Saat menggeser tuas maju atau mundur juga begitu," ujar dia.

Baca juga: Dorna Belum Ingin Tambah Jumlah Pebalap di Grid MotoGP

Tombol relase button mobil matik untuk fitur keamananDicky Aditya Wijaya Tombol relase button mobil matik untuk fitur keamanan

Kedua

Hermas mengatakan masih terkait dengan kondisi buru-buru. Banyak pemilik mobil tidak sabar menunggu mobil dalam keadaan idle kemudian langsung menggeser tuas presneling ke D.

"Mobil pagi hari masih dingin tidak sabar menunggu rpm idle langsung geser tuas. Padahal rpm idle itu dibutuhkan supaya tekanan oli itu stabil yang pada tekanan oli idle," kata Hermas.

"Kalau 1.000 rpm-1.500 rpm langsung geser aja kan pasti tekanan masih oli tinggi, kalau tekanan oli tinggi potensi timbulnya kaget jadi lebih besar. Pada matik tipe tertentu shock ini kadang bisa berpotensi memperpendek usia pakai," ujar Hermas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com