Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ban Truk dan Bus Mulai Langka di Indonesia

Kompas.com - 05/09/2022, 08:22 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebelum adanya kenaikan harga BBM jenis solar, para pengusaha bus sudah menemui masalah kenaikan harga suku cadang, salah satunya ban.

Selain harganya yang naik, terjadi juga kelangkaan untuk ban tipe tubeless radial yang saat ini banyak digunakan operator. Sebenarnya, ada berbagai penyebab dari kenaikan harga ban sampai kenapa sulit ditemui.

Bambang Widjanarko, Tire & Rim Consultant serta Wakil Ketua Aptrindo Jateng dan DIY mengatakan, harga ban memang terjadi kenaikan, tepatnya mulai awal Agustus 2022.

Baca juga: Tak Hanya Soal Solar, Pengusaha Bus Juga Dibayangi Kelangkaan Ban

Balancing ban trukFLICKR Balancing ban truk

"Kenaikan harga ban sekitar 5 persen sampai 7 persen. Penyebabnya, harga bahan baku yang melonjak sampai kurs dollar yang menguat saat itu," ucap Bambang kepada Kompas.com, Minggu (4/9/2022).

Bambang menjelaskan, harga minyak dunia terus bergejolak turut memengaruhi biaya pembuatan ban. Hal ini dikarenakan sekitar 27 persen dari bahan baku ban berasal dari minyak bumi.

"Banyak pabrik juga kesulitan bahan baku saat ini, sebab naik harga dan suplai tidak menentu," kata Bambang.

Baca juga: Revvo 89 Jadi Bensin Paling Murah, Amankah Ditenggak Mobil Modern?

Kemudian soal kelangkaan ban, Bambang menjelaskan hal tersebut dikarenakan masih adanya perang di Ukraina. Salah satu produsen kawat baja untuk ban berada di Ukraina.

"Ukraina adalah salah satu produsen kawat baja untuk casing ban terbaik di dunia. Saat ini tidak bisa menyupali penuh pabrikan ban," kata Bambang.

Kemudian, ada pembatasan impor ban yang menyebabkan suplai tidak bisa menutupi permintaan. Oleh karena itu, kerap terjadi kelangkaan ban untuk jenis tertentu di pasaran.

"Adanya pembatasan kuota impor ban, maka saat dunia pertambangan dan perkebunan sedang booming seperti sekarang, pasti ban untuk jalan raya akan berkurang. Begitu juga sebaliknya," kata Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com