JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai bagian dari komitmen dalam mendukung peralihan menuju energi bersih dan sistem transportasi berkelanjutan, Pusat Riset Teknologi Transportasi (PRTT) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus mengembangkan riset terkait konversi mobil berbahan bakar minyak (BBM) menjadi kendaraan listrik.
Peneliti BRIN, Alexander Christanto Budiman, menyatakan bahwa riset ini penting karena kendaraan listrik merupakan solusi strategis yang tidak hanya hemat energi, tetapi juga berkontribusi terhadap pencapaian target nasional dalam penurunan emisi gas rumah kaca.
“Berbagai kegiatan riset dilakukan diharapkan dapat memberikan solusi untuk meningkatkan efisiensi, keselamatan, dan keberlanjutan sistem transportasi nasional. Salah satunya dengan riset mobil listrik,” ujar Alexander dalam keterangannya, Senin (28/4/2025).
Baca juga: Daftar Kendaraan yang Bebas Melintas di Jalan Berbayar Jakarta
Ia juga menyoroti sejumlah keunggulan mobil listrik, seperti nol emisi, suara mesin yang lebih senyap, perawatan yang minimal, serta kemudahan dalam pengisian daya.
“Riset ini mendukung program pemerintah karena dapat meningkatkan efisiensi energi, ketahanan energi, konversi energi, terwujudnya energi bersih, kualitas udara yang lebih baik, ramah lingkungan, serta mencerminkan komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi gas rumah kaca,” lanjutnya.
Peneliti PRTT BRIN lainnya, Sunarto Kaleg, menjelaskan bahwa proses konversi dilakukan dengan mengganti sistem penggerak berbasis mesin pembakaran dalam menjadi motor listrik, dengan energi yang disimpan dalam baterai.
“Kami melakukan modifikasi dari mobil yang digerakkan oleh motor bakar (internal combustion engine) menjadi mobil yang digerakkan oleh motor listrik. Sumber energi listrik disimpan di dalam baterai (BEV),” jelas Sunarto.
Ia menambahkan, konversi ini menjadi alternatif ekonomis dibandingkan dengan membeli mobil listrik baru, khususnya bagi pemilik kendaraan BBM yang masih layak pakai.
“Biayanya bisa lebih murah dibanding membeli mobil listrik baru, dan kita juga bisa memanfaatkan mobil bekas yang boros BBM namun masih laik jalan,” ujarnya.
Dalam proses riset, PRTT menetapkan sejumlah parameter penting, seperti target jarak tempuh, performa kendaraan, dan efisiensi biaya konversi.
Baca juga: Kenali 5 Penyebab STNK Bisa Diblokir
“Tentukan target jarak tempuh karena membutuhkan baterai berkapasitas besar, target performa atau kecepatan memerlukan daya motor tinggi, kemudian target biaya konversi agar optimal antara keinginan jarak dan performa,” jelas Sunarto.
Sebagai contoh, PRTT pernah mengonversi mobil klasik Ford Cortina MK1 tahun 1965 yang sudah tidak berfungsi. Komponen-komponen lama seperti mesin, radiator, knalpot, tangki BBM, dan alternator diganti dengan sistem listrik baru.
“Risetnya menetapkan komponen penggerak listrik, merancang kotak baterai dan penempatannya di mobil, dudukan dan posisi komponen, serta jalur pengkabelan,” kata Sunarto.
“Selain itu, kami juga merancang sistem kelistrikan dan merakit charger, radiator, baterai pack, soket pengisi daya, BMS, dan komponen lainnya,” tambahnya.
Sunarto menegaskan bahwa konversi mobil BBM ke listrik juga memerlukan serangkaian uji fungsi awal, pengaturan parameter, uji coba jalan, serta proses sertifikasi dari Dinas Perhubungan bila diperlukan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.