Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos Toyota Asia Menjelaskan Mengapa Fokus Dorong Hybrid dan Fuel Cell

Kompas.com - 19/08/2022, 07:22 WIB
Ruly Kurniawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Sedikitnya terdapat dua pilar penting dalam membentuk ekosistem kendaraan bermotor listrik agar percepatan era elektrifikasi bisa optimal, terkhusus pada wilayah Asia Tenggara (ASEAN).

Dijelaskan Executive Vice President Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing (TDEM) Pras Ganesh, aspek terkait ialah bagaimana caranya agar membuat mobil mobil listrik bisa diterima pasar dan aksesibel, serta menyediakan siklus emisi.

"Oleh karena itu, kita gencar memasarkan fuel cell electric vehicle (FCEV) dan strong hybrid electric vehicle (HEV) karena sangat mudah digunakan serta tak butuh penyesuaian berlebih," kata dia dalam Gaikindo International Automotive Conference (GIAC) ke-16 di ICE BSD City, Tangerang, Kamis (18/8/2022).

TDEM merupakan perwakilan prinsipal Toyota terkait manufaktur, menggawangi seluruh wilayah Asia.

Baca juga: Suzuki Jamin Limbah Baterai Lithium-ion Ertiga Hybrid Diproses dengan Baik

Seminar Gaikindo International Automotive Conference (GIAC) ke-16 bertajuk Advance Green Mobility for The Bright Future di ICE BSD City, Tangerang, Kamis (18/8/2022)KOMPAS.com/Ruly Seminar Gaikindo International Automotive Conference (GIAC) ke-16 bertajuk Advance Green Mobility for The Bright Future di ICE BSD City, Tangerang, Kamis (18/8/2022)

"Kita juga harus melihat lifecycle-nya mulai dari recycle material, supply chain, logistik, sales, charging station, sampai dengan dealership. Sehingga seluruh lapisan memiliki akses yang sama untuk menggunakan kendaraan listrik," ujar Pras.

Siklus pengolaan emisi itu juga mencangkup well-to-wheel (WtW) emission atau total emisi yang dihasilkan dari produksi suatu kendaraan listrik hingga penggunaan hariannya.

Tidak bisa hanya melihat hasil tingkat pengurangan emisi yang dikeluarkan dari suatu kendaraan ketika digunakan saja. Sebab dalam memproduksi BEV atau HEV, emisi yang dihasilkan dari aktivitas manufaktur bisa jadi lebih besar.

"Bila kita melihat rata-rata well-to-wheel emission, berdasarkan data International Energy Association, kendaraan berbahan bakar bensin dapat menghabiskan 34 (persen) kali emisi untuk satu kendaraan dalam siklus kemudi 450 Km," kata Pras.

"Dalam jarak tempuh yang sama, BEV dan HEV itu menghabiskan sekitar 28 persen kali emisi serta PHEV 24,5 (persen) kali emisi. Perbedaan ini datang dari mana emisi itu berasal, baik ketika penggunaan energinya (ketika digunakan) maupun produksinya (emisi pabrik saat mobil diproduksi)," tambah dia.

Baca juga: Masyarakat Indonesia Mulai Antusias dengan Kendaraan Listrik

Ilustrasi mobil listrik ToyotaCARSCOOPS.com Ilustrasi mobil listrik Toyota

Di satu sisi, memperhatikan sektor ekonomi pada pemerintahan (insentif), OEM, dan konsumen juga tidak kalah penting. Mengingat pada kendaraan listrik ada komponen yang sangat mempengaruhi harga yaitu baterai.

Apabila aspek tersebut sudah bisa diatasi, secara perlahan otomatis konsumen akan mendapat keyakinan untuk melakukan peralihan untuk menggunakan kendaraan listrik.

"Jadi, itulah hal yang harus diperhatikan bila ingin memulai ekosistem elektrifikasi dan ini dibutuhkan kerja sama dari segala pihak," kata dia lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau