Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imbas Krisis Cip, Industri Otomotif Global Bisa Rugi Rp 2,9 Triliun

Kompas.com - 23/09/2021, 17:47 WIB
Ruly Kurniawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA ,KOMPAS.com - Krisis pasokan komponen cip semikonduktor diprediksi akan membuat industri otomotif global merugi hingga 210 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau Rp 2.982 triliun pada tahun ini.

Pasalnya, kekurangan suplai tersebut meningkatkan beban biaya perusahaan pembuat kendaraan bermotor sampai dengan 90 persen. Sementara keadaan saat ini, belum turut membaik.

Demikian hasil riset terbaru dari AlixPartners, sebagaimana dilansir Bloomberg pada Kamis (23/9/2021).

Baca juga: Efek Semikonduktor, Penjualan Honda Menyusut di Agustus 2021

Ilustrasi cip semikonduktor yang menjadi salah satu komponen otomotif,PAULTAN.org Ilustrasi cip semikonduktor yang menjadi salah satu komponen otomotif,

Ini merupakan proyeksi ketiga yang dirilis perseroan pada tahun ini untuk melihat dampak krisis cip. Sebelumnya, kerugian industri otomotif diperkirakan 61 miliar dollar AS saja, lalu direvisi menjadi 110 miliar dollar AS di Mei 2021.

Sejalan dengan hal itu, produksi kendaraan tahun ini juga diperkirakan akan turun 7,7 juta. Gampir dua kali lipat dari prediksi konsultan sebelumnya yang memperkirakan hanya akan berkurang 3,9 juta.

Meskipun upaya berkelanjutan untuk menopang rantai pasokan terus dilakukan di berbagai negara namun ketersediaan semikonduktor semakin menipis karena produsen mobil dan industri lainnya sudah tidak memiliki cadangan lagi.

“Pasokan sejumlah produsen mobil sudah kosong, tidak ada yang tersisa untuk dikikis. Ke depan, penjualan akan menurun," ujar Direktur Pelaksana Praktik Otomotif dan Industri AlixPartners, Dan Hearsch.

"Penjualan terkini tidak terganggu karena memang masih ada cukup persediaan untuk diambil tetapi ke depan persediaan sudah tidak ada lagi," lanjut dia.

Produsen mobil sudah memperingatkan bahwa dampak dari kekurangan pasokan semikonduktor itu akan merembet kemana-mana dan dapat menekan pendapatan pada kuartal III 2021.

Baca juga: Pertamina Mulai Salurkan Solar Standar Euro 4 untuk Industri Otomotif

Pekerja merakit mobil pick up di Pabrik Mobil Esemka, Sambi, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (6/9/2019). Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik mobil PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) untuk mulai beroperasi memproduksi mobil. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/foc.ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho Pekerja merakit mobil pick up di Pabrik Mobil Esemka, Sambi, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (6/9/2019). Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik mobil PT Solo Manufaktur Kreasi (Esemka) untuk mulai beroperasi memproduksi mobil. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/foc.

Pusat-pusat pemasok utama cip di Asia Tenggara menghadapi penutupan pabrik di tengah peningkatan penyebaran kasus Covid-19. Waktu untuk memenuhi pesanan cip sudah masuk ke rekor terlama saat ini yakni membutuhkan 21 minggu.

Para eksekutif produsen mobil mengatakan, penurunan waktu untuk memenuhi pesanan itu bisa berlangsung selama satu tahun.

“Ini tentu terasa seperti kekurangan pasokan yang paling berlarut-larut yang pernah dialami industri karena ini belum berakhir,” kata Hearsch

Seiring dengan berkurangnya persediaan unit di banyak dealer, harga mobil telah meroket mencapai rekor 43.355 dollar AS pada bulan Agustus, menurut data Cox Automotive.

Hearsch mengatakan, dengan pasokan unit yang sangat terbatas, beberapa diler di AS terpaksa menyewa mobil sehingga mereka memiliki sesuatu untuk dipajang di showroom mereka.

"Terus terang, itu tidak menjadi lebih baik. Orang-orang menyesuaikan diri dengan fakta bahwa ini akan memakan waktu lebih lama dari yang kita semua pikirkan." ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau