JAKARTA, KOMPAS.com - Dibangun dengan tujuan utama untuk memperlancar arus transportasi darat lintas Sumatera, Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) perlu bersiap hadapi truk over dimension over load (ODOL) yang masih marak.
Sebab truk kelebihan muatan ini mampu mempercepat penurunan kualitas jalan yang dilaluinya. Bobot dan dimensi angkutan terlampau melebihi standar yang ditentukan jelas merusak permukaan jalan.
Wacana penggunaan teknologi Weight In Motion (WIM) kerap dibahas sebagai solusi untuk menekan praktik truk ODOL di jalan tol, termasuk di JTTS.
Melansir Kompas.com, Kamis (9/9/2021), Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menyebutkan hingga saat ini teknologi WIM masih dalam tahap pengembangan. Ditargetkan program ini selesai dan bisa digunakan mulai tahun 2023.
Baca juga: Ganjil Genap di Puncak dan Sentul Resmi Berlaku
"Sehingga 1 Januari 2023, sudah mulai ada penindakan pelanggar ODOL. Teknologi ini akan terkoneksi dengan sistem penegakan hukum elektronik atau Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) dan dioperasikan oleh Korlantas Polri," kata Basuki belum lama ini.
Sistem WIM akan dipasang melintang dan kemudian secara otomatis mengidentifikasi beban dan dimensi kendaraan yang melintas di jalan tol terutama untuk kendaraan berat seperti truk.
Diklaim teknologi ini memiliki akurasi penimbangan mencapai 95 persen hingga 98 persen. Bahkan sistem ini juga mampu melakukan penimbangan dengan kecepatan 5-150 kilometer per jam.
Baca juga: Harga Yaris dan City Hatchback Setelah Kena PPnBM 25 Persen
Dalam diskusi virtual Hutama Karya (HK) Academy, Kamis (9/9/2021), Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio turut menyampaikan bahwa angkutan barang bermuatan dan berdimensi lebih masih jadi ancaman utama bagi jalan bebas hambatan berbayar ini.
"Tentu kita berharap agar JTTS ini nantinya tidak seperti Jalan Tol Trans Jawa yang banyak tambalan di sana sini. Kendaraan ODOL jelas akan merusak dan mengancam kualitas JTTS," kata Agus.
Ia pun turut menerangkan bahwa masih maraknya fenomena pungutan liar (pungli) yang dihadapi para sopir truk turut berperan menyebabkan truk ODOL tetap eksis di jalanan.
Baca juga: Sepupu Jauh Honda Vario 125 Resmi Meluncur
Isu pungli ini masih belum sepenuhnya terselesaikan terutama di titik-titik krusial seperti pelabuhan dan gudang logistik. Pada akhirnya truk ODOL jadi strategi yang kerap dipilih untuk menutupi pembengkakan biaya transportasi barang ini.
"Di jalan, pelabuhan, gudang itu punglinya besar. Jadi kendaraan ODOL itu untuk menutupi pungli itu atau menutupi cost overage dari logistik," ujarnya lebih lanjut.
Bisa disimpulkan, pemberantasan praktik pungli harus jadi salah satu program prioritas jika ingin truk ODOL tidak beredar lagi di jalan. Sebab pungli jadi salah satu akar penyebab timbulnya strategi truk kelebihan muatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.