JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Riset dan Teknologi / Badan Riset Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) sebelumnya telah meresmikan program atau peta Prioritas Riset Nasional (PRN) untuk tahun 2020-2024 yang terdiri atas sembilan bidang.
Salah satunya adalah pengembangan kendaraan listrik di dalam negeri sebagai upaya untuk menyiapkan diri menyambut era elektrifikasi.
Menristek/BRIN Bambang Brodjonegoro mengatakan, pihaknya sedang mencoba untuk membuat kendaraan listrik secara utuh yang ditargetkan akan rampung dalam satu atau dua tahun mendatang.
Baca juga: Transaksi IIMS Hybrid 2021 Tembus Rp 1 Triliun
“Kalau dari peta riset nasional, kita sedang mencoba untuk membuat suatu kendaraan listrik secara utuh. Jadi kita tidak hanya fokus di baterai, tetapi juga fokus pada misalnya sistem pengendali kendaraan, motornya, sampai kepada kualitas pengisian daya,” ujar Bambang saat ditemui Kompas.com di pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) Hybrid 2021, Sabtu (24/4/2021).
Bambang melanjutkan, untuk saat ini pihaknya akan berfokus pada bus, baik ukuran besar maupun sedang dan sepeda motor.
“Kita harapkan sudah bisa punya bus listrik yang memang Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tinggi yang terpenting dibuat di indonesia, serta sepeda motor. Keduanya kita prioritaskan melihat kendaraan itu bisa menarik minat banyak orang,” kata Bambang.
Bambang menambahkan, pada dasarnya Indonesia sudah memiliki kesiapan yang cukup baik menyambut era elektrifikasi.
Hal ini terlihat dari pertumbuhan dari kendaraan motor listrik di Tanah Air. Seperti beberapa contoh motor listrik, di antaranya Gesit atau Viar, yang sudah siap digunakan.
Baca juga: KTM Rilis 890 Duke Tech 3 Edition, Cuma 100 Unit
“Sebenarnya kalau untuk sepeda motor sudah cukup maju. Namun, kalau untuk mobil (sedan) memang belum menjadi prioritas. Jadi publik melihatnya seolah-olah Indonesia tidak punya mobil listrik, padahal mobil listrik tidak harus sedan,” ucap Bambang.
Bambang pun berharap semoga nantinya kendaraan listrik di Indonesia benar-benar matang dan tahun depan sudah mulai produksi.
Penggunaan
Tren mobil listrik di Indonesi belum begitu berkembang. Padahal, pilihan kendaraannya sudah cukup banyak. Tak sedikit yang masih ragu untuk mengubah kebiasaan dari mobil konvensional ke mobil listrik. Padahal, jika dihitung, penggunaan kendaraan listrik jauh lebih hemat.
Pada mobil listrik, komponen penggeraknya lebih sedikit dan terbagi dari tiga unit, yaitu motor penggerak, baterai, dan sistem kelistrikan.
Jika dibandingkan dengan mobil konvensional, jumlah komponen mobil listrik hanya sepertiganya. Minimnya komponen membuat perawatan mobil listrik jauh lebih irit. Selain itu, biaya pengecasan atau isi ulang baterai yang memerlukan listrik disebut juga lebih murah daripada isi bensin.
Franz Wang, Direktur Pemasaran PT Sokonindo Automobile (DFSK), mengatakan, biaya daya listrik Gelora E hanya Rp 42 ribu untuk jarak tempuh 300 km.