JAKARTA, KOMPAS.com – Kendaraan niaga seperti truk atau bus digunakan untuk mencari keuntungan saat beroperasi. Oleh karena itu setiap komponen yang ada di truk dan bus diperhitungkan biayanya, misalnya pada ban.
Ban yang digunakan pada truk atau bus harus dihitung berdasarkan harga dan jarak tempuhnya. Biasanya satuan yang digunakan untuk menghitung operasional ban yaitu dengan cost per kilometer (CPK).
Jadi ketika membeli ban, dihitung berapa harga bannya, lalu seberapa jauh ban ini bisa digunakan. Nanti akan ditemukan berapa biaya yang dikeluarkan saat ban bergulir per satu kilometer.
Baca juga: Ini Bedanya Tuas Transmisi Mobil Matik Model Lurus dan Zig-zag
On Vehicle Test Manager PT Gajah Tunggal Tbk Zulpata Zainal mengatakan, CPK pada kendaraan niaga memang sangat diperhatikan. Untuk mendapatkan jarak tempuh seluruh ban, perlu juga dilakukan rotasi.
“Ban tidak hanya pada satu posisi, tapi harus ada rotasinya. Rotasi ban dilakukan setiap 5.000 km 10.000 km dan seterusnya. Lalu diawasi ketinggian telapaknya dan nanti bisa dilihat berapa total pemakaiannya,” ucap Zulpata kepada Kompas.com, Kamis (19/11/2020).
Zulpata mengatakan, dengan mengambil data ketinggian alur ban saat sudah 5.000 km dan kelipatannya, jadi bisa diprediksi umur ban. Dari sini lah bisa ketahuan CPK dari ban yang digunakan.
Baca juga: Jangan Salah Kaprah, Tombol Overdrive Bukan Buat Engine Brake
“Intinya menghitung CPK yaitu harga ban dibagi total kilometer berjalan, semakin kecil hasilnya maka semakin bagus,” kata Zulpata.
Misalnya satu ban dihargai Rp 3.500.000 dan sanggup digunakan sampai 100.000 kilometer. Maka CPKnya Rp 35 per km, jadi jika ada 10 ban, totalnya menjadi Rp 350 per km dan dimasukkan ke biaya operasional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.