Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Kecelakaan Bus Sriwijaya Masuk Jurang di Pagar Alam

Kompas.com - 25/12/2019, 06:22 WIB
Dio Dananjaya,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.comBus Sriwijaya bernomor polisi BD 7031 AU terjun ke jurang sedalam 150 meter di Likung Lematang, Kecamatan Dempo Selatan, Pagar Alam, Sumatera Selatan, Selasa (24/12/2019) dini hari.

Kabar terakhir menyebutkan, kecelakaan bus tersebut mengakibatkan 28 penumpang tewas, dan 13 orang lainnya selamat.

Pihak berwenang sampai saat ini masih mendalami penyebab kecelakaan. Namun, beberapa dugaan mulai bermunculan, mulai dari rem blong, pecah ban, hingga sopir yang melaju terlalu kencang.

Baca juga: Korban Tewas Kecelakaan Bus Sriwijaya Bertambah Jadi 28 Orang

Ilustrasi bus di jalur lintas Sumateraafandriadya.com Ilustrasi bus di jalur lintas Sumatera

Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan, yang juga menjabat Direktur Utama PT San Putra Sejahtera, PO bus yang melayani trayek Bengkulu, mengatakan pihaknya telah mendapat sejumlah kabar perihal kecelakaan tersebut.

Menurutnya rute Bengkulu-Palembang memang terkenal memiliki medan ekstrem, yang didominasi oleh jalur berkelok-kelok.

Sedangkan kondisi rambu-rambu di sekitar lokasi kejadian juga terbilang cukup. Garis marka dan pagar pengaman jalan tersedia di jalur tersebut.

Baca juga: Bus Sriwijaya yang Masuk Jurang Berusia 20 Tahun, Diklaim Laik Jalan

Proses evakuasi penumpang bus Sriwijaya rute Bengkulu-Palembang yang terperosok dalam jurang di Liku Lematang, Desa Prahu Dipo, Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, Selasa (24/12/2019). Akibat kecelakaan tersebut, 24 orang penumpang dikabarkan meninggal dan 13 orang selamat.HANDOUT/BASARNAS PALEMBANG Proses evakuasi penumpang bus Sriwijaya rute Bengkulu-Palembang yang terperosok dalam jurang di Liku Lematang, Desa Prahu Dipo, Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, Selasa (24/12/2019). Akibat kecelakaan tersebut, 24 orang penumpang dikabarkan meninggal dan 13 orang selamat.

“Kalau dari rambu-rambu kurang rasanya tidak. Kalau kita bahas dari kondisi mobil, saya dengar mobil tahun 1999, KIR hidup, STNK hidup, artinya laik jalan. Tapi kondisi kendaraannya tidak tahu, tergantung inspeksi sebelum berangkat,” ujar Sani kepada Kompas.com (24/12/2019).

Sani mengatakan, kalau kecelakaan terjadi karena kondisi kendaraan yang tidak mumpuni lantaran sudah berumur, harusnya kejadian sudah terjadi sebelum masuk daerah Liku Lematang.

“Kalau memang karena mobilnya sudah terlalu tua, harusnya dia tumbang duluan. Karena sebelum masuk Liku Lematang, ada beberapa jalur yang ekstrim juga. Namun yang belum saya konfirmasi, cuaca saat kejadian seperti apa,” katanya.

Baca juga: 14 Penumpang Bus Sriwijaya yang Terjun ke Jurang Belum Ditemukan

Ilustrasi Polisi tengah menggelar olah TKP di sebuah lokasi tempat jejak remTribunnews.com Ilustrasi Polisi tengah menggelar olah TKP di sebuah lokasi tempat jejak rem

Dari beberapa info yang ia dengar dan setelah melihat video di sekitar lokasi kejadian, menurutnya tidak terlihat adanya bekas jejak rem.

“Analisa saya pengemudi kelebihan menggunakan rem di sepanjang perjalanan, alhasil rem blong di tikungan tersebut. Kalau saya lihat ini karena human error, miss-nya pengemudi, entah karena rem panas sehingga kinerjanya menurun, atau yang lain,” ucap Sani.

Sani juga menambahkan sopir bus PO Sriwijaya yang juga menjadi korban kecelakaan tersebut merupakan driver berpengalaman, sama halnya dengan sopir dari perusahaan bus lain di jalur lintas Sumatera.

“Almarhum Feri sudah bekerja lebih dari 20 tahun di PO Sriwijaya, memulai karir dari kenek. Harusnya sudah paham rute, dan pengalaman mengemudinya sudah cukup. Mungkin memang karena faktor luck pengemudi,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com