Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tekan Polusi Udara, Bus Listrik Akan Dominan di Jabodetabek

Kompas.com - 05/11/2019, 09:22 WIB
Stanly Ravel,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam rangka mendorong mobilitas baru yang ramah lingkungan, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menargetkan 41.000 bus listrik akan beroperasi hingga 2024 mendatang.

Semuanya target tersebut diharapkan sudah bisa terealisasi bukan hanya di Jakarta, namun juga di wilayah sekitarnya, seperti Bogor, Depok, Tangeang, dan Bekasi. Termasuk daerah-daerah penyangga Jakarta.

"Roadmap-nya saya sudah bikin sampai 2024 itu jumlahnya 41.000 unit. Jadi tidak langsung, melainkan kita isi secara bertahap dari saat ini bersama para operator bus yang ada," ujar Kepala BPTJ Bambang Prihartono, saat berbincang dengan Kompas.com di Demak, Jawa Tengah, Sabtu (2/11/2019).

Baca juga: Harga Bus Listrik MAB Buatan Demak Tembus Rp 4,5 Miliar

Untuk tahap awal, peredaran bus listrik yang mulai beroperasi 2020 mendatang, fokus perioritas pada angkutan umum dalam kota, setelah itu secara bertahap akan merata di area Jabodetabek.

Menurut Bambang, alasan bus listrik dibutuhkan untuk dalam kota lebih untuk sosialisasi dan menekan polusi udara di Jakarta yang sampai saat ini masih kurang baik.

Guna menunjang mobilitas bus listrik yang digunakan sebagai angkutan umum, nantinya setiap dua kilometer (km) akan disedikan titik pengisian daya.

"Kami akan bangun pengisian daya tiap dua kilometer di dalam kota pada 2024, lokasinya bisa di mana saja, termasuk juga di terminal. Salah satu tujuannya untuk mendukung operasional bus listrik yang jadi angkutan umum, karena kalau harus balik ke depo itu tidak efektif," ucap Bambang.

Baca juga: Seperti Avanza-Xenia, MAB Bakal Kolaborasi Bikin Bus Listrik

Sementara ketika ditanya soal merek bus listrik yang akan digunakan nantinya, menurut bambang pada tahap awal diperkirakan ada 2.000 unit menggunakan produk keluaran PT Mobil Anak Bangsa (MAB).

Namun, kondisi tersebut akan tergantung dari kesiapan MAB sendiri, bila mampu menyediakan sejumlah unit yang dibutuhkan maka semua akan dari MAB. Bila tidak kemungkinan dikolaborasi dengan merek lain.

"Kita lihat MAB juga bagaimana kesiapannya, bila sanggup berarti bisa digunakan. Sekarang ini MAB akan segera masuk fase produksi massal, jadi mungkin akan banyak operator yang bisa pesan juga kerena nanti ada kewajiban untuk beralih dari konvensional ke listrik," kata Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau