Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Moge "Chopper" Jadi Lotre Kustomfest 2018

Kompas.com - 04/09/2018, 09:42 WIB
Stanly Ravel,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Selain menyiapkan konten acara yang berbeda, gelaran Kustom Kulture Festival (Kustomfest) 2018 juga akan membawa sepeda motor kustom yang menjadi lucky draw bagi para pengunjungnya. Hal ini sudah menjadi ritual wajib dalam tiap gelaran Kustomfest.

Lantas apa motor yang akan menjadi undian tersebut. Menjawab hal ini, Lulut Wahyudi, Director Kustomfest, menjelaskan, bahwa motor kustom yang akan direbutkan pengujung bertemakan Chopper.

"Untuk tahun ini kita ambil gaya kustom Chopper. Motornya sampai saat ini masih dalam tahap pengerjaan," ucap Lulut saat dikonfirmasi Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Mendadak Chopper Gara-gara Jokowi

Meski demikian, builder Retro Classic Cycles yang juga hobi dengan muscle car Amerika ini, memberikan bocoran bahwa Chopper yang akan dijadikan lotre Kustomfest 2018 memiliki kubikasi mesin besar.

"Yang pasti selama Kustomfest semua luck draw kita tidak pernah gunakan mesin kecil, begitu juga untuk Chopper ini nantinya pakai mesin moge. Kapasitasnya berapa, lalu spek mesin seperti apa ditunggu kabar lanjutnya," kata Lulut.

Kustomfest 2018Lulut Wahyudi Kustomfest 2018

Kustomfest 2018 akan diadakan pada awal Oktober mendatang, tepatnya 6-8 Oktober 2018 di Jogja Expo Center (JEC), Yogyakarta. Maraknya dunia kustom dengan suasan politik, membawa Lulut akhirnya memilih tema "Color of Difference".

Baca juga: Kenalkan, Honda C70 Papa Jahat Bermesin 600 cc

Maknanya sendiri cukup dalam, yakni menepis norma-norma baru yang dianggap Lulut berpotensi menciderai artian dari dunia kustom sendiri. Terlebih, para pelakunya merupakan para pemain yang baru terjun di dunia kustom.

"Tidak bisa dipungkiri memang seja pak Jokowi punya motor kustom yang kebetulan genrenya Chopper, Indonesia ini mendadak kustom. Konteksnya motor Jokowi dijadikan acuan bagi orang awam, padahal esensi dari kustom sendiri adalah kebebasan dalam berkarya tanpa mengerucutkan ke salah satu tren atau genre tertentu, atau sampai menjadikan seseorang sebagai kitap acuan," ujar Lulut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau