Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendadak Chopper Gara-gara Jokowi

Kompas.com - 29/08/2018, 17:22 WIB
Stanly Ravel,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Gelaran Indonesia Kustom Kulture Festival (Kustomfest) siap kembali digelar pada 6-7 Oktober 2018 mendatang. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, ajang yang menjadi pestanya para pencinta seni kustom otomotif di Indonesia ini tetap akan dihelat di Jogja Expo Ceter (JEC), Yogyakarta.

Setiap tahun Kustomfest selalu hadir mengusung tema baru. Bila di 2017 lalu Kustomfest hadir dengan tagline "No Bundaries" yang memiliki arti tanpa batas, tahun ini sendiri akan mengusung cerita "Color of Difference".

Lulut Wahyudi selaku Director Kustomfest, menjelaskan bila tema Color of Difference yang digunakan pada hajatannya tahun ini, memiliki makna yang cukup luas bila dijabarkan. Bahkan bukan hanya di dunia kustom, tapi juga ikut menyentuh sampai dunia politik yang sedang ramai saat.

Baca juga: Perang Motor Kustom Hadir di Pulau Dewata

"Gini, semenjak pak Jokowi punya motor kustom yang genrenya Chopper, Indonesia ini mendadak kustom. Kontekstualnya motor Jokowi dijadikan sebagai acuan untuk orang awam, sehingga lahirlah pelaku kustom baru yang bicara soal kustom dari sudut ranah yang sangat sempit, karena memang mereka awalnya bukan orang kustom," ucap Lulut saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (28/8/2018).

Presiden Jokowi mampir ke stan pameran motor-motor custom, dua di antaranya Chopper Jokowi dan milik putra  Gibran Rakabuming Raka. KOMPAS.com/Aditya Maulana Presiden Jokowi mampir ke stan pameran motor-motor custom, dua di antaranya Chopper Jokowi dan milik putra Gibran Rakabuming Raka.

Menurut Lulut, kondisi tersebut perlu diantisipasi karena menciderai dunia kustom yang sudah lama dibentuk oleh para builder-builder sebelumnya. Lulut menegaskan bahwa esensi dari kustom sendiri adalah kebebasan dalam berkarya tanpa mengerucutkan ke salah satu tren atau genre tertentu, atau sampai menjadikan seseorang sebagai kitap acuan seseorang membuat karya motor kustom.

Apalagi di masa hangat tahun politik, menurut Lulut banyak para tokoh yang dulunya asik bermain motor saat ini justru menjadikan hal itu sebagai corong mereka berkampanye. Lulut menilai hal tersebut memang tidak salah, namun sebaiknya masyarakat pecinta kustom jangan sampai terbawa intrik-intrik kampanye yang berkamuflase menggunakan dunia kustom sebagai wadahnya.

"Kustom itu lebih ke masalah soul, bagaimana membuat karya, jauh sekali dari level hanya modifikasi, makanya saya bilang ini warna perbedaan," kata Lulut.

Baca juga: Trike Harley Jadi-jadian, Ojo Dumeh

"Kustom itu tidak bisa mengikuti satu bentuk karya yang sudah ada, misalnya disamakan warna, tren, dan lainnya itu namanya menjiplak. Sebagai mahluk sosial rasanya tidak salah mengomentari hal itu, karena sebagai orang kustom, kita tidak ingin apa yang sudah ada di dunia kustom ini dibawa-bawa ke politik, jangan dicederai," ucap Lulut.

Sri Sultan Kustomfest 2016Stanly/Otomania Sri Sultan Kustomfest 2016

Pilihan tema tersebut akan disambung dengan nuansa Kustomfest 2018 yang  akan mengambil era keemasan dari dunia otomotif pada tahun 1950-1960. Menurut Lulut, tahun tersebut merupakan era "Baby Boomer" dimana banyak orang beromba untuk memecahkan rekor di dunia otomotif.

Baca juga: Harley dan Piaggio Indonesia Ikutan Kustomfest

Mulai dari upaya memcahkan rekor kecepatan mobil dan motor, berlomba membuat mesin dengan tenga terbesar, mengaplikasikan mesin pesawat di sepeda motor, sampai lomba kecepatan pesawat di udara yang saat ini sudah tidak ada lagi. Semua itu digambarkan dalam poster Kustomfest yang bergaya retro.

"Saya dapat inspirasi poster ini kita datang ke pameran poster-poster lawas, kok menarik yah untuk dibuat sebagai wadah mengirimkan pesan dan makna dari Kustomfest tahun ini, karena itu desainnya dibuat sedemikian rupa. Intinya akan banyak hal baru pada Kustomfest tahun ini, baik dari kaya dan nuansanya," kata Lulut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau