Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dasep Ahmadi Mengikuti Filosofi Toyota

Kompas.com - 18/07/2012, 08:25 WIB

Depok, KompasOtomotif - Nama Dasep Ahmadi  - warga Sentul, Bogor - dalam beberapa pekan terakhir kerap muncul di berita nasional bahkan dikutip kantor berita asing. Pasalnya, secara pribadi mampu merekayasa dan membuat mobil listrik Indonesia yang Indonesia.

"Saya ingin membuat mobil berkualitas global," jelas Dasep Ahmadi, Pendiri PT Sinarmas Ahmadi Pratama (SAP) saat dijumpai KompasOtomotif di bengkel SAP, Kalimulya, Depok, Selasa (17/7/2012).

Dijelaskannya, Indonesia sudah merayakan HUT kemerdekaanya lebih dari setengah abad. Namun sampai saat ini belum ada mobil merek lokal yang bisa bicara banyak baik di pasar lokal, apalagi global. Melalui mobil listrik, Dasep melihat peluang itu.

"Kita akan bisa bersaing, jangan samakan dengan Jepang! Akan ada pasarnya sendiri nanti, harus optimis!" tegas Dasep. Prototipe mobil listrik yang dibuatnya diberi nama "Ahmadi". Untuk desain, ia menggandeng sebuah perusahaan karoseri asal Bogor, Jawa Barat. Dimensinya masuk ke segmen citycar yang bisa memuat 4-penumpang dewasa.

Tantangan 
Mobilnya dibekali motor listrik berkekuatan 20 kWh dan baterai lithium ion impor dari Amerika Serikat. Sekali isi ulang, kemampuan jelajahnya bisa mencapai 130 km dengan waktu pengisian ulang 4-5 jam. "Komposisi kandungan lokal dan impor masih 50:50. Kita perlu insentif untuk mendapatkan harga  komponen impor lebih murah. Dengan demikian, harga jual makin kompetitif," harap Dasep.

Agar produknya handal, Dasep harus terus melakukan uji coba. Untuk itu, sampai akhir tahun, evaluasi produk dan  test drive terus dilakukan. Uji coba perdana langsung dikemudikan Dahlan Iskan, Menteri BUMN.

Mobil listrik "Ahmadi" disiapkan untuk menyasar ke segmen menengah. Tantangan terberat yang dihadapi Dasep adalah meyakinkan konsumen. Pasalnya, merek Jepang, Eropa, Amerika Serikat dan Korea sudah melekat di alam bawah sadar konsumen Indonesia.

"Toyota pada awalnya juga sempat dicemooh karena mobilnya mogok dan lain-lain. Sekarang mereka berhasil. Ini tantangan! Saya yakin bisa karena ini mobil listrik, produk yang belum pernah dipasarkan oleh merek lain dan peluang kompetisi terbuka," beber Dasep.

Dipercaya industri
Dasep memulai karirnya sebagai wiraswasta dengan membuat mesin pesanan khusus untuk ekspor. Merasa jenuh karena harus mendesain mesin sesuai pesanan khusus, alumni ITB jurusan Teknik Mesin angkatan 1984 ini kemudian memutuskan mendesain mesin Computer Numerical Control (CNC),

"Mungkin saat ini produsen mesin CNC lokal terbesar saat ini adalah  kita (SAP) yang mulai saya rintis sejak 2007," beber Dasep yang sempat menjabat Ketua Umum Asosiasi Industri Perkakas Indonesia.

Mantan pegawai PT Astra Daihatsu Motor ini, kembali fokus ke dunia otomotif  dan dijadikan sebagai tujuan utamanya. Pria Kelahiran Sukabumi, 18 Januari 1965 ini mulai mencari akses sebagai  pemasok beberapa mesin perkakas untuk agen tunggal pemegang merek (ATPM) yang punya perakitan lokal.

Ia berhasil menembus pasar! "Mesin pertama saya bisa diterima  Astra Daihatsu Motor. Selanjutnya TAM (PT Toyota Astra Motor), berlanjut ke Suzuki Indomobil, HPM (PT Honda Prospect Motor) dan terakhir Yamaha Motor," beber Dasep.

Kini, dengan tekad bulat dan dukungan dari Kementerian BUMN, Dasep optimis bisa menggebrak dunia otomotif dengan menciptakan mobil listrik buatan lokal.

"Dari dulu saya memang unik! Tidak pernah puas dengan yang sudah ada. Saya harap seluruh bangsa Indonesia bisa mendukung produk ini, sebuah karya yang nantinya membanggakan Indonesia di pasar global," tutup Dasep.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com