Jakarta, KompasOtomotif – Beda merek beda penyuka. Begitu juga Aston Martin dan McLaren. Meski sama-sama berdarah Inggris, namun ”watak” mereka tak sama. Aston Martin Jakarta dan McLaren Jakarta yang kini satu atap di Indonesia pun membedakan keduanya dilihat dari konsumen.
Dikatakan Irmawan Poedjoadi, CEO Aston Martin Jakarta, (14/6/2016) di Jakarta, karakter konsumen dua merek ini sangat bertolak belakang. Memang sama-sama supercar, namun jika dipilah lebih detail, antara Aston Martin dan McLaren jauh berbeda.
”McLaren buat orang yang agresif, terbuka, ingin terlihat sporty, lebih flashy. Kalau Aston Martin orang-orang lebih tampak aristokrat (golongan bangsawan), tone down (tak suma pamer) tapi suka sport car,” kata Irmawan.
Sementara pemilik Aston Martin lebih menggunakan mobilnya sebagai kendaraan pada urusan khusus dan menemani aktivitas tertentu. Misalnya, main golf, meeting penting, dan lainnya. ”Makanya, pemilik McLaren biasanya lebih muda usianya,” kata Irmawan.
Populasi
Lalu, sudah banyakkah pengguna dua merek ini di Indonesia? Irmawan tak bisa menjelaskan detail, namun dari data yang dia ingat, McLaren sudah dipunyai sekitar 40-an orang. Sementara Aston Martin sedikit lebih banyak, seitar 45-an orang.