JAKARTA, KOMPAS.com - Mengemudi dengan gaya agresif atau kasar tidak hanya berdampak pada keselamatan, tetapi juga pada kondisi teknis kendaraan, terutama mobil dengan transmisi CVT (Continuously Variable Transmission).
CVT, meskipun memiliki keunggulan karena kelancarannya dalam memberikan tenaga dan efisiensi bahan bakar, namun transmisi juga memiliki kelamahan, yakni lebih sensitif terhadap gaya mengemudi yang kasar.
Lung Lung, pemilik bengkel Dokter Mobil, mengungkapkan bahwa banyak pengendara yang tidak peduli dampak dari mengemudi agresif terhadap komponen CVT.
Baca juga: Persaingan Bagnaia dan Martin di Klasemen MotoGP 2024 Makin Sengit
"Gaya mengemudi yang kasar, seperti akselerasi mendadak dan pengereman mendadak, dapat mempercepat kerusakan pada belt dan pulley CVT," jelas Lung Lung kepada Kompas.com, Sabtu (17/8/2024).
Belt, yang merupakan komponen vital dalam CVT, berfungsi mentransmisikan tenaga dari mesin ke roda. Kalau terlalu sering dipaksa bekerja keras tanpa jeda, belt ini dapat cepat mengalami keausan dan akhirnya putus.
Selain itu, pulley, yang berfungsi untuk mengatur rasio transmisi, juga dapat mengalami lecet yang memperburuk performa transmisi secara keseluruhan.
Pulley yang lecet akan mengganggu aliran tenaga yang dihasilkan mesin, membuat akselerasi menjadi tidak mulus dan efisiensi bahan bakar menurun drastis.
"Kerusakan pada pulley dan belt selain menurunkan performa, juga bisa menyebabkan kendaraan mogok di tengah jalan," katanya.
Baca juga: Marc Marquez Jatuh di Sprint Race MotoGP Austria 2024
Lung Lung lantas menyarankan agar para pemilik mobil matik CVT untuk menghindari kebiasaan mengemudi yang terlalu agresif.
"Mengemudilah dengan lebih halus agar komponen CVT awet juga menghemat biaya perawatan jangka panjang," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.