Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketahui Penyakit Umum Mobil Transmisi Matik

Kompas.com - 25/05/2024, 10:22 WIB
Erwin Setiawan,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

KLATEN, KOMPAS.com - Mobil transmisi matik banyak digemari masyarakat berkat kemudahan pengoperasiannya. Tidak hanya ada pada mobil keluarga, namun mobil sport juga banyak yang mengadopsinya sebagai penunjang performa.

Sebut saja, Nissan X-Trail, Mitsubishi Pajero, Toyota Fortuner dan mobil sport lainnya juga menyediakan tipe matik sebagai pelengkap pilihan masyarakat. Ini menandakan transmisi matik cukup diandalkan.

Sebelum membeli mobil matik baik baru atau bekas, ada baiknya kita mengetahui penyakit umum pada mobil matik agar dapat mengantisipasi kerusakan atau mempertimbangkan biaya perawatannya.

Baca juga: Tanjakan Bibis, Titik Rawan Kecelakaan di Kulon Progo yang Harus Diwaspadai Wisatawan


Budi, Mekanik Aha Motor Yogyakarta mengatakan beberapa kasus mobil matik mengalami kerusakan transmisi memang saat atau setelah digunakan di medan jalan berbukit, namun ada penyebab lainnya yang lebih berbahaya.

“Ada kemungkinan mobil matik memang didesain khusus untuk jalanan datar saja, tapi jika dilihat secara lebih teliti sebagian besar kerusakan transmisi matik justru karena mengabaikan perawatan,” ucap Budi kepada Kompas.com, belum lama ini.

Oli transmisi pada mobil matik bisa mengalami penurunan kualitas akibat durasi pemakaian, dan beban yang diterima menurut Budi. Seperti ketika mobil kerap digunakan di jalanan menanjak maka beban transmisi akan semakin tinggi.

Baca juga: Waspada, Polisi Sebut Tanjakan Emen di Subang Masih Rawan Kecelakaan

Polres Magetan menurunkan tim drorong ganjal band di tanjakan ekstrem dan tikungan tajam pertigaan jalur Sarangan – Cemorosewu dimana banyak pengendara kendaraan luar kota yang tidak emgneathui medan jalan sehingga kesulitan melalui tanjakan tersebut.KOMPAS.COM/SUKOCO Polres Magetan menurunkan tim drorong ganjal band di tanjakan ekstrem dan tikungan tajam pertigaan jalur Sarangan – Cemorosewu dimana banyak pengendara kendaraan luar kota yang tidak emgneathui medan jalan sehingga kesulitan melalui tanjakan tersebut.

“Viskositas serta kemampuan oli dalam mentransfer tenaga akan menurun bila beban transmisi berat atau olinya kerap memanas saat digunakan, terlebih lagi kualitasnya sudah jelek dari awal,” ucap Budi.

Budi mengatakan saat mobil menanjak dalam waktu lama, maka oli yang kualitasnya buruk akan lebih mudah mengalami overheat. Sistem akan secara otomatis memerintahkan transmisi membatasi diri; bisa berupa pembatasan kecepatan, tenaga bahkan bisa mati mesinnya pada saat itu

“Sistem tersebut cukup canggih sebenarnya untuk mengurangi dampak kerusakan, hanya saja itu bukan harapan, sebisa mungkin oli transmisi tidak mengalami overheat makanya penting sekali mengganti oli secara teratur,” ucap Budi.

Baca juga: Begini Cara Stop and Go Mobil Manual di Tanjakan

Tuas Transmisi Wuling New Almaz RSKOMPAS.com/Adityo Wisnu Tuas Transmisi Wuling New Almaz RS

Dengan mengganti oli transmisi maka diharapkan setiap saluran oli pada transmisi lancar, pendinginan lebih optimal serta tekanan yang dihasilkan untuk menekan piston dalam memainkan kopling matik tidak melemah.

Ketika tekanan oli lemah, maka kampas kopling akan mengalami selip sehingga akan membuatnya cepat aus dan rusak. Hal ini juga berlaku pada transmisi jenis CVT, penggerak puli membesar dan menyusut ditentukan oleh tekanan oli.

Budi mengatakan, maksimal penggantian oli dilakukan setiap 40.000 Km dengan metode flushing atau pembilasan. Semakin sering oli transmisi diganti maka semakin berpotensi menjaga kebersihan saluran oli sehingga potensi tersumbatnya lebih kecil.

Jadi, penyakit mobil matik umumnya adalah transmisi mengalami overheat sehingga penggantian oli transmisi wajib menjadi perhatian penggunanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com