Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Komponen Ini Rusak, Bisa Bikin Banyak Masalah Saat Mudik

Kompas.com - 24/03/2024, 17:01 WIB
Erwin Setiawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

SLEMAN, KOMPAS.com - Drive belt atau sabuk penggerak merupakan komponen mobil yang berperan ganda karena menjalankan beberapa sistem secara langsung.

Sabuk ini bertugas memutar beberapa puli dengan menyambungkan putaran mesin dengan beberapa sistem seperti AC, pengisian daya aki, pendingin mesin dan power steering.

Hardi Wibowo, Pemilik Aha Motor Yogyakarta mengatakan, jika drive belt putus di tengah perjalanan, saat itu juga berbagai masalah akan timbul maka dari itu perlu diganti secara rutin.

Baca juga: Alasan Drive Belt Wajib Diganti Rutin

penggantian drive belt secara berkalaKompas.com/Erwin Setiawan penggantian drive belt secara berkala

 

Penggantian drive belt biasanya dilakukan tiap 40.000 Km sesuai anjuran dari pabrikan atau diler, namun bila tidak tahu kapan terakhir kali ganti bisa diperiksa langsung kondisinya,” ucap Hardi kepada Kompas.com, Sabtu (23/3/2024).

Hardi mengatakan, penggantian drive belt wajib dilakukan untuk menghindari putus di jalan. Pasalnya, bila komponen ini rusak dapat menyebabkan beberapa masalah pada mobil.

“Drive belt bertugas memutar puli pompa air, kipas radiator bila belum elektrik, puli alternator untuk pengisian aki, puli kompresor AC, bahkan pompa power steering yang masih menggunakan sistem fluida, semua komponen itu akan berhenti bekerja bila drive belt putus,” ucap Hardi.

Baca juga: Ini Bedanya Fan Belt, V-Belt dan Drive Belt

Drive belt sebagai penggerak puli beberapa komponen pada mesin mobilTangkapan layar Drive belt sebagai penggerak puli beberapa komponen pada mesin mobil

Sehingga, akan ada banyak masalah bila sampai putus di jalan seperti membuat aki mobil tekor karena tidak ada pengisian arus listrik dari alternator, AC menjadi tidak dingin karena kompresor berhenti berputar,

Risiko lain juga bisa terjadi ketika drive belt putus seperti mesin mengalami overheating akibat pompa air berhenti mengalirkan coolant. Sebagian mobil juga masih menggunakan kipas radiator dengan penggerak puli sehingga bila belt putus akan membuatnya berhenti

“Bila sistem pendingin mesin tidak bekerja dengan baik maka bila sampai dipaksakan terus berjalan mesin bisa mengalami overheating, akibat kipas radiator dan pompa air tidak berputar,” ucap Hardi.

Baca juga: Waktu Ideal Ganti Drive Belt Mobil

Mesin Mobil Ford Everest 2023 terbaru, dengan kubikasi 1.996 cc dan biturboKompas.com/Daafa Mesin Mobil Ford Everest 2023 terbaru, dengan kubikasi 1.996 cc dan biturbo

Selain itu, untuk mobil yang masih menggunakan power steering jenis fluida maka ketika drive belt putus roda kemudi akan terasa berat saat diputar menurut Hardi.

“Karena saat itu pompa power steering tidak akan bekerja sehingga tidak ada yang membantu pengemudi dalam meringankan putaran roda kemudi,” ucap Hardi.

Hardi menyarankan agar pemilik mobil memeriksa kondisi drive belt tersebut secara berkala. Sehingga kondisinya tetap terpantau dan mencegah tidak sampai putus saat mobil tengah digunakan.

Baca juga: Sering Dianggap Sama, Ini Beda Drive Belt dan Timing Belt pada Mobil


“Untuk masa pemakaiannya relatif awet hanya saja perlu diperiksa berkala, bisa diganti tiap 40.000 Km atau jika sudah aus yakni kering, ada retak-retak dan kendur," ucap Hardi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau