Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mau Beli Xpander Bekas, Ketahui Dulu Penyakit Umumnya

Kompas.com - 17/09/2023, 08:22 WIB
Erwin Setiawan,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

SUKOHARJO, KOMPAS.com - Mitsubishi Xpander bekas banyak diburu oleh masyarakat mengingat usianya tidak terlalu tua. Sehingga, harapannya belum terjadi banyak kerusakan. Namun, beberapa penyakit umum bisa terjadi dan perlu diketahui.

Xpander dibekali mesin 4A91 1.500 cc 4 silinder segaris 16 katup, MIVEC DOHC. Di atas kertas mobil ini mampu menghasilkan tenaga maksimal mencapai 104 Tk pada 6.000 Rpm serta torsi maksimal 141 Nm pada 4.000 Rpm.

Tenaga yang dihasilkan oleh mesin mobil ini akan disalurkan melalui sistem transmisi manual 5 percepatan dan transmisi otomatis 4 percepatan penggerak roda depan.

Baca juga: Cara Komunitas Xpander X-Moc Atasi Masalah Polusi Udara

Muchlis, Pemilik Bengkel Spesialis Toyota Mitsubishi, Garasi Auto Service mengatakan Xpander lawas identik dengan transmisi matiknya yang masih AT konvensional, sedangkan tipe terbaru sudah CVT.

“Mobil ini (Xpander) termasuk tidak banyak masalah, transmisi matiknya belum pernah saya jumpai bermasalah, mungkin karena usianya yang memang masih 5 tahunan, namun penyakit umumnya tetap ada,” ucap Muchlis kepada Kompas.com, Sabtu (16/9/2023).

Pendiri bengkel di Polokarto, Kabupaten Sukoharjo ini mengatakan secara umum penyakit Xpander generasi pertama meliputi ketahanan kaki-kakinya.

Meski usianya baru 5 tahun, beberapa komponen kaki-kaki seperti peredam kejut perlu diremajakan mengingat bodi Xpander lebih besar dan berbobot.

Baca juga: Estimasi Biaya Perbaikan Kaki-kaki Xpander, Tembus Rp 3 Jutaan

Mitsubishi Xpander Cross dengan fitur AYC di GunungkidulKOMPAS.com/STANLY RAVEL Mitsubishi Xpander Cross dengan fitur AYC di Gunungkidul

“Kerja peredam kejut akan semakin berat bila dalam kesehariannya mobil digunakan untuk melaju di jalan tidak rata, selain kondisi jalan tinggi kendaraan juga berpengaruh, mobil yang lebih tinggi akan lebih mudah mengalami guncangan,” ucap Muchlis.

Hal itu membuat beberapa Xpander lawas mengalami kerusakan pada kaki-kakinya. Sehingga, mau tidak mau harus diremajakan agar kenyamanan tetap tercipta.

“Peredam kejut depan dan belakang, bisa mengalami bocor atau penurunan performa, beberapa bushing juga bisa pecah karena terbuat dari karet, benturan jalan akan sangat menentukan keawetannya,” ucap Muchlis.

Baca juga: Mengulik Perbedaan Suspensi Mitsubishi XForce dan Xpander

Selain bushing arm dan stabilizer, beberapa komponen yang bertugas meredam guncangan juga bisa mengalami oblak seperti link stabilizer terutama pada bagian ball joint-nya. Hal serupa juga berlaku pada bagian rack end.

“Pada link stabilizer dan rack end terdapat bagian ball joint yang bisa mengalami aus bila sering menerima guncangan, lama-lama bagian tersebut akan longgar dan oblak sehingga dapat mengubah sudut roda dan menimbulkan bunyi,” ucap Muchlis.

Selain itu, bagian bearing roda pada Xpander lawas juga perlu diperhatikan mengingat komponen tersebut menjadi tumpuan beban kendaraan selain roda.

Baca juga: Promo LSUV September 2023, Xpander Cross Diskon Rp 40 Juta, XL7 Rp 30 Juta

“Bearing roda yang aus akan membuat mobil menimbulkan bunyi dengung saat melaju, komponen ini bisa rusak karena usia dan memang fungsinya cukup berat,” ucap Muchlis.

Sedangkan estimasi biaya perbaikan totalnya untuk beberapa komponen yang disebutkan di atas mulai Rp 4 juta sampai 5 jutaan menggunakan peredam kejut genuine dari Mitsubishi.

Nah, berhubung mobil ini masih cukup muda, penyakit umumnya adalah sektor kaki-kaki sehingga informasi di atas bisa menjadi pertimbangan sebelum membeli Xpander bekas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com