JAKARTA, KOMPAS.com - Merek sepeda motor listrik asal China mulai membanjiri Indonesia. Namun, bukan dengan nama asli dari China melainkan rebranding alias alih merek lokal, nama Indonesia.
Strategi ini cukup banyak ditemui, yang mana merek tertentu asal China berganti nama jadi merek Indonesia. Bahkan ada motor yang sama yang ditengarai dari China tapi punya dua merek beda di Indonesia.
Pengamat otomotif Bebin Djuana mengatakan, jika yang ramai di Indonesia ialah merek-merek rebranding maka secara implisit Bebin mengatakan, umurnya tidak akan lama di Indonesia.
Baca juga: Merasakan Kenyamanan Subaru Forester di Perjalanan Jakarta-Bandung
"Kalau seperti itu kita tinggal lihat, karena nanti akan terjadi saringan alami. Seleksi alam. Kalau cuma rebranding ya sudah, walaupun risikonya bakal lebih-lebih dibandingkan zamannya mesin bensin (mocin)," kata Bebin yang ditemui belum lama ini.
Alasannya kata Bebin, jualan motor listrik rebranding lebih menguntungkan. Sebab di atas kertas motor listrik jauh lebih simpel ketimbang motor berbahan bakar bensin.
"Mesin bensin perlu mengurusi berapa konponen, ribuan parts, kalau sekarang elektrik, paling banyak cuma sepertiga. Walaupun juga mengandung risiko. Cuma tidak apa-apa. Tapi seleksi alam," kata dia.
Baca juga: Tips Nudah Parkir Mobil di Mal buat Pengemudi Pemula
Secara implisit Bebin mengatakan, selama merek yang bersangkutan tidak datang langsung ke Indonesia melalui prinsipal atau agen resmi, maka akan sulit sebuah merek untuk bertahan.
"Kira-kita akan begitu. Tapi kalaupun bukan prinsipal tapi partner, karena kan pasti ada partner pihak ketiga, kembali ke seperti 90'an, partner Indonesia harus lebih tinggi (perusahaan asing)," kata dia.
Baca juga: Tanpa Surat Tilang Manual, Polisi Mesti Giat Menegur dan Edukasi
Bebin mengatakan, pertanyaan dasar soal merek rebranding yang ada di Indonesia ialah di mana pabrik merek aslinya di China.
"Pertanyaan mendasar itu pabrikannya ada di mana. Itu strategi dagang saja. Sekarang permasalahannya, sebetulnya barang yang sama ada beberapa (merek di Indonesia)," kata dia.
"Sekarang buat jadi produsen butuh volume, kenyataan harus begitu, itu akam kembali ke seleksi alam. Kalau cuma jad i saja, impor saja, melakukan hal sama (impor saja) dia tidak menguasai teknologinya," kata Bebin.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.