JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah agen pemegang merek (APM) kendaraan bermotor roda empat atau lebih di Indonesia percaya bahwa kenaikan harga bahan bakar minyak alias BBM bersubsidi tidak seketika membuat penjualan mobil anjlok.
Hanya saja, seperti dikatakan Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy, akan ada pergeseran jenis atau model kendaraan yang menjadi pilihan masyarakat.
"Mungkin akan terjadi pergeseran ke segmen kendaraan yang lebih irit (bahan bakar minyak) karena konsumen saat ini semakin pintar dalam memilih mobil yang kira-kira akan cocok digunakan dalam kondisi BBM yang semakin mahal," kata Anton.
Baca juga: Ketahui Dampak Buruk Gonta-ganti Jenis BBM
Di samping itu, dalam upaya menekan gejolak pasar perseroan juga persiapkan paket-paket kredit yang lebih longgar dan menarik. Sehingga, ia yakin bahwa target penjualan mobil tahunan sebesar 950.000 unit masih bisa dicapai.
Hal serupa juga dikatakan Business Innovation and Sales & Marketing Director PT Honda Prospect Motor Yusak Billy. Menurutnya, pasar otomotif tidak hanya bergantung dengan kenaikan harga BBM.
"Secara umum, pasar otomotif itu juga tergantung pada faktor global seperti pasokan komponen yang masih belum stabil, dan makro ekonomi nasional seperti pertumbuhan ekonomi dan inflasi," ujar Billy.
Walau demikian, ia tidak menampik bahwa kenaikan harga BBM jenis Pertalite di Indonesia bakal membuat gejolak. Sehingga, perseroan akan terus memantau dampak ke depan untuk kemudian mengeluarkan kebijakan yang tepat.
"Kenaikan harga Pertalite memang berpotensi mengakibatkan kenaikan inflasi yang juga berpengaruh terhadap suku bunga pembelian kendaraan, dan kami akan terus memonitornya," kata dia.
Baca juga: Biaya Isi Full Tank Avanza dan Xpander jika Pertalite Naik
Pada kesempatan terpisah, Deputy General Manager Marketing Communication & PR Division Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia Intan Vidiasari juga masih optimistis pasar otomotif akan tetap laju bila harga BBM Pertalite naik.
Memang, di periode awal akan terjadi gejolak. Tetapi, berdasarkan pengalaman, pasar akan kembali ke titik normal dengan cepat, tidak seperti saat pandemi Covid-19 maupun krisis cip semikonduktor global.
"Goyang mungkin ada, tapi itu tidak lama karena kendaraan dan bahan bakar menjadi kebutuhan buat masyarakat," ujar Intan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.