Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Buruk Mobil Lawas Gunakan BBM Oktan Tinggi

Kompas.com - 24/05/2022, 12:31 WIB
Zulfana Khoirur Rijal,
Stanly Ravel

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap pabrikan mobil pastinya sudah memiliki rekomendasi terkait penggunaan jenis bahan bakar minyak (BBM) yang cocok untuk digunakan.

Namun baru-baru ini sempat ada wacana bila BBM oktan rendah, seperti Pertalite akan dihapus menyusul premium yang sebelumnya sudah tidak ada lagi di pasaran.

Bila benar dilakukan, artinya seluruh kendaraan bermotor baik roda dua atau empat akan menggunakan bensin dengan oktan minimal 92 (Pertamax).

Baca juga: Aturan Modifikasi Lampu Belakang Mobil, Tak Boleh Asal Ganti Warna

Lantas bagaiman dengan mobil lawas, apakan dengan kompresi yang belum setinggi mobil baru bisa untuk mengonsumsi RON tinggi.

Menjawab hal tersebut, Head Product Improvement/EDER Dept Technical Service Division PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Bambang Supriadi mengatakan, mesin mobil lawas berkompresi rendah akan terdampak jika dipaksa menggunakan bensin oktan tinggi.

Petugas melayani pengisian BBM di SPBU 24.351.126 Jalan Pangeran Antasari, Bandar Lampung, Lampung, Selasa (19/4/2022). Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel mengerahkan 384 unit armada mobil tangki, 27 unit bridger avtur dan 174 unit skid tank untuk LPG serta 16 titik SPBU kantung dan 15 titik layanan motoris pada jalur mudik ditambah 11 SPBU Siaga Tol Trans - Sumatera dan empat SPBU Modular di sepanjang jalur Tol Bakauheni - Palembang.ANTARA FOTO/ARDIANSYAH Petugas melayani pengisian BBM di SPBU 24.351.126 Jalan Pangeran Antasari, Bandar Lampung, Lampung, Selasa (19/4/2022). Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel mengerahkan 384 unit armada mobil tangki, 27 unit bridger avtur dan 174 unit skid tank untuk LPG serta 16 titik SPBU kantung dan 15 titik layanan motoris pada jalur mudik ditambah 11 SPBU Siaga Tol Trans - Sumatera dan empat SPBU Modular di sepanjang jalur Tol Bakauheni - Palembang.

Sebab, ada sisa bahan bakar yang tidak terbakar dengan sempura, yang kemudian mengendap dan menjadi kerak karbon di ruang pembakaran akibat rasio kompresi tidak sesuai.

“Misalnya kendaraan dengan rasio kompresi 1:10 ke atas paling efektif memakai BBM RON di atas 90,” kata Bambang, kepada Kompas.com belum lama ini.

Baca juga: Teknik Tepat Parkir Mundur Mobil Matik

Meski demikian, ada hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi dampak penggunaan bensin beroktan tinggi pada mesin mobil lawas.

“Untuk kendaraan lawas bisa dilakukan setel ulang timing pengapiannya (menyesuaikan dengan BBM) dan menjaga kebersihan ruang bahan bakar,” ucapnya.

Hal serupa dikatakan Kepala Bengkel Auto2000 Cilandak Suparna yang mengatakan, bahwa penggunaan bensin paling bagus adalah yang sesuai dengan rekomendasi dari pabrikan, tidak terlalu rendah dan juga tidak terlalu tinggi.

Mobil Suzuki Carry lansiran tahun 1995 milik Hasan, diparkir di halaman kantor Kelurahan Karangturi, Gresik, agar dapat dipergunakan warga yang membutuhkan sewaktu-waktu.KOMPAS.COM/HAMZAH ARFAH Mobil Suzuki Carry lansiran tahun 1995 milik Hasan, diparkir di halaman kantor Kelurahan Karangturi, Gresik, agar dapat dipergunakan warga yang membutuhkan sewaktu-waktu.

"Kompresinya jangan lebih rendah atau tinggi dari rekomendasi pabrik karena akan ada efeknya untuk mesin,” ucap Suparna.

Menggunakan bensin dengan oktan yang lebih tinggi dari yang seharusnya juga akan membuat pembakaran mesin menjadi tidak sempurna.

“Hal ini karena BBM dengan oktan tinggi proses terbakarnya juga lebih lama. Misalnya, harusnya BBM sudah terbakar maksimal 5 derajat setelah TMA tapi ini belum terbakar,” kata dia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com