Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Minta Mobil Berbasis Hidrogen Antasena ITS Bisa Diproduksi Massal

Kompas.com - 16/05/2022, 14:21 WIB
Ruly Kurniawan,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (ILMATAP) Kementerian Perindustrian RI, Hendro Martono berharap mobil berbasis hidrogen dari Antasena ITS bisa memasuki tahap industrialisasi.

Sehingga, tingkat emisi CO2 pada sektor transportasi mampu ditekan ke level yang signifikan. Sekaligus, bisa mempercepat penciptaan ekosistem kendaraan ramah lingkungan di dalam negeri.

"Kehadiran kendaraan hidrogen kami yakini akan menjadi milestone atas pengembangan kendaraan bermotor berbasis hidrogen di Indonesia," kata dia, dalam webinar 'The Urgency of Renewable Energy on Hydrogen Cars in Indonesia', Minggu (16/5/2022).

Baca juga: Hidrogen Jadi Bahan Bakar Alternatif Mulai Dibahas Pemerintah

Mesin hidrogen pada GR YarisPAULTAN.org Mesin hidrogen pada GR Yaris

"Tentunya kami berharap dapat ditingkatkan sampai tahap industrialisasi atau produksi massal yang didukung oleh rantai suplai di dalam negeri," lanjut Hendro.

Kemampuan hidrogen bisa menggantikan energi fosil dan batu bara, kata Hendro karena sifatnya sebagai pembawa energi atau energy carrier yang bisa digunakan untuk menyimpan, memindahkan, dan menyalurkan energi yang dihasilkan dari sumber lain.

"Beralihnya kendaraan berbahan bakar fosil ke hidrogen bisa memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan ketahanan energi nasional, akselerasi penurunan konsumsi BBM, dan emisi CO2," ucapnya.

Sebelumnya diketahui bahwa tim riset mobil hidrogen Antasena Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Direktorat Jenderal ILMATE sudah memperkenalkan mobil hidrogen belum lama ini.

Baca juga: Siap-siap, Street Race Meikarta Digelar 10-11 Juni 2022

Konsep teknologi mobil hidrogen ToyotaToyota Motor Corp. Konsep teknologi mobil hidrogen Toyota

Teknologi tersebut dipilih lantaran menjadi salah satu alternatif energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.

"Kendaraan berbasis hidrogen yang dilahirkan SRE ITS x Antsena ada dua macam. Pertama, digunakan untuk mesin bakar internal seperti BBM yang ditambah hidrogen," kata Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Mochamad Ashari.

"Kedua, memakai cell bahan bakar, yakni hidrogen dirubah menjadi listrik lalu menggerakkan kendaraan. Inilah yang digunakan Antasena," tambah dia.

Lebih jauh, General Manager Antasena ITS, Geraldy Rafi mengatakan bila implementasi hidrogen pada sektor transportasi ini sudah diteliti sejak 12 tahun lalu.

Menurutnya, Antasena ITS terus berinovasi mengembangkan mobil eco-car dengan nol emisi agar mampu bekerja semakin efisien.

“Kunci utama pengembangannya adalah green electricity berbasis hidrogen,” jelas dia.

Baca juga: Toyota bZ4x Sudah Tiba di Indonesia, Persiapan untuk G20

Mobil bertenaga hidrogen buatan BRINKOMPAS.com/FATHAN RADITYASANI Mobil bertenaga hidrogen buatan BRIN

Adapun cara kerja mobil hidrogen, dengan menampung hidrogen pada tangki penyimpanan kemudian mengalirkannya menuju sel bahan bakar (fuel cell) untuk dikonversi menjadi energi listrik.

“Energi listrik inilah yang digunakan untuk menggerakkan motor kendaraan,” terangnya.

Ia menambahkan, fuel cell yang digunakan pada mobil besutan Antasena ITS sendiri bertipe PEM fuel cell dengan efisiensi 55,9 persen.

Selain itu, dikatakan Geraldy, mobil ini telah dilengkapi dengan komponen power control unit dan kapasitor untuk meningkatkan efisiensi mobil.

Geraldy mengatakan peningkatan efisiensi ini dimaksudkan untuk menurunkan penggunaan energi.

“Ketika penggunaan energi menurun maka proses karbonisasi pada kendaraan pasti juga menurun,” lanjut mahasiswa angkatan 2019 ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau