JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah menargetkan energi hidrogen dapat dimanfaatkan secara luas termasuk pada sektor transportasi, mulai tahun 2031 sebagai salah satu alternatif energi baru dan terbarukan yang ramah lingkungan.
Sehingga, segala pengembangan pemanfaatan energi tersebut mendapat dukungan penuh seperti yang dilakukan tim riset mobil hidrogen Antasena Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Demikian dikatakan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam webinar bertajuk 'The Urgency of Renewable Energy on Hydrogen Cars in Indonesia', Minggu (16/5/2022).
Baca juga: Bocoran Harga Suzuki Ertiga Smart Hybrid, Mulai Rp 270 Jutaan
"Pemanfaatan hidrogen di Indonesia dilakukan secara bertahap, mulai di 2030 dan dilakukan secara masif pada 2051. Kemudian pada tahun 2060, total hidrogen yang dikembangkan setara dengan 52 giga watt," katanya.
Menurut Arifin, hal tersebut sejalan dengan komitmen Indonesia dalam paris agreement yaitu penurunan ERK sebesar 29 persen menggunakan kemampuan sendiri atau 41 persen dengan dukungan internasional pada 2030.
Bantuan dimakud yaitu pengembangan energi terbarukan, melaksanakan efisiensi energi dan konservasi energi, seraya melaksanakan penerapan energi bersih.
"Sektor energi diharapkan mampu berkontribusi sekitar 314 juta - 446 juta ton CO2 emission di 2030. Indonesia juga berkomitmen dapat mencapai zero net emission pada 2060 atau lebih cepat dengan bantuan internasional," kata dia.
"Untuk mencapai target tersebut, hidrogen diharapkan mampu menjadi salah satu kontributor transisi energi dan memiliki peran penting dalam dekarbonisasi energi global," lanjut Arifin.
Baca juga: Lihat Bus Listrik Switch Mobility Limited, Bisa Saja Masuk Indonesia
Hanya saja, meski Tanah Air memiliki sumber daya energi terbarukan yang melimpah yakni lebih dari 3.000 giga watt, pengembagan hidrogen saat ini masih dalam tahap riset dan pilot project.
Artinya, belum ada yang memasuki skala komersial khususnya di sektor transportasi. Padahal, sektor tersebut menyumbang emisi bahan bakar fosil sebesar 70 persen secara nasional.
"Oleh karena itu, ini harus terus didorong. Tantangan implementasi dalam hidrogen ialah bagaimana membuatnya layak secara ekonomi, menarik secara finansial, serta bermanfaat di kehidupan sosial," ucap Arifin.
"Kemudian juga dari biaya produksi ya, hidrogen dunia akan mengalami penurunan sejalan dengan perkembangannya," kata dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.