JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah beberapa seri musim 2022 berjalan, tim pabrikan Ducati akhirnya mendapat kemenangan pertama melalui Francesco Bagnaia. Namun, kemenangan tersebut justru disebut ilegal.
Sembilan hari setelah MotoGP Spanyol di Sirkuit Jerez digelar, motorsportmagazine.com menyebutkan bahwa Bagnaia menyalahi aturan soal tekanan udara pada ban. Sehingga, kemenangannya disebut tidak sah atau curang.
Untuk diketahui, sejak MotoGP Mugello 2016, setiap motor MotoGP harus dilengkapi dengan sensor pada ban depan dan belakang. Sensor tersebut untuk memonitor tekanan udara.
Baca juga: Bastianini Serahkan Masa Depannya pada Ducati
Salah satu alasannya adalah insiden yang terjadi pada Loris Baz di Sirkuit Sepang saat sesi tes pra-musim pada Februari 2016. Motor Ducati yang dikendarai Baz meledak ban belakangnya saat melaju di kecepatan 330 km/jam.
Sejak saat itu, minimal tekanan udara pada ban depan adalah 1,9 bar atau 27,5 psi. Sedangkan ban belakang, minimal tekanan udaranya adalah 1,7 bar atau 24,6 psi.
Namun, ada kesepakatan di antara enam pabrikan yang menjadi anggota MSMA untuk tidak memberi sanksi jika ada pelanggaran kecil.
"Ini adalah topik yang sulit. Sayangnya, sensor yang sekarang sangat tidak dapat diandalkan dan sinyalnya sangat mudah untuk dipalsukan yang pada akhirnya tidak ada pabrikan yang terima mendapat penalti karena sensor tersebut," ujar Ing. Sebastian Risse, Direktur Teknis KTM MotoGP, dikutip dari Speedweek.com, Rabu (11/5/2022).
Baca juga: Ducati Umumkan Pebalap Baru Bulan Depan, Miller Bisa Didepak
Gigi Dall'Igna, General Manager Ducati Corse, melakukan pembelaan diri dengan alasan yang masuk akal. Dia mengatakan ingin mengumpulkan data dan memonitor data musim ini untuk membuat aturan soal tekanan udara ban yang lebih baik untuk 2023.
"Tidak banyak yang bisa dijelaskan dalam hal ini. Kami mencari sistem yang bisa diandalkan yang bisa digunakan untuk mengukur tekanan udara," kata Gigi.
"Masalahnya dengan aturan yang sekarang adalah tekanan tergantung apakah Anda melakukan slipstreaming atau tidak. Untuk itu, MSMA masih mendiskusikan seberapa banyak lap Anda harus berada di atas nilai minimum yang disarankan Michelin untuk alasan keamanan dan lap ke berapa yang seharusnya digunakan," ujarnya.
Jadi, saat pebalap ingin melakukan slipstream saat balapan, maka tekanan udara ban depan diatur pada ukuran tertentu. Jika pebalap tersebut punya strategi untuk balapan sendirian, maka ukuran tekanannya akan berbeda lagi.
Tapi, jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka ukuran tekanannya bisa terlalu tinggi. Misal, jika pebalap menggunakan ukuran tekanan udara untuk balapan sendirian, tapi ternyata malah berada di belakang pebalap lain, maka risiko terjatuh akan tinggi karena tekanan udaranya jadi lebih tinggi.
"Untuk sekarang, sistem yang digunakan semua tim dan pabrikan tidak dapat diandalkan. Artinya, kami menggunakan sensor yang berbeda. Jika seseorang mau, mereka bisa mencurangi sistem dan memodifikasi atau memanipulasi ukuran tekanan udara. Itu sebabnya Anda tidak bisa memberikan sanksi atau penalti jika tekanan udara tidak sesuai," kata Gigi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.