Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aniaya Masih Menjadi Penyakit Pengguna Jalan di Indonesia

Kompas.com - 08/03/2022, 07:02 WIB
Aprida Mega Nanda,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai peristiwa bisa saja terjadi di jalan raya, mulai yang biasa sampai tak lazim. Seperti contoh kejadian cekcok di jalan raya antara pengguna jalan hingga menyebabkan luka serius atau hingga cedera.

Paling baru menimpa seorang sopir pikap material yang dianiaya oleh pengendara motor di depan Indomaret Pasir Randu, Cikarang, Jawa Barat.

Dalam unggahan yang diunggah oleh akun Instagram @romansasopirtruck, sopir pikap tersebut menceritakan kronologi kejadiannya.

Diketahui kejadian bermula saat sopir pikap tersebut menghentikan kendaraan karena ada angkot yang berhenti di depannya. Merasa tak senang, pria yang mengendarai motor di belakang mobilnya langsung menyusul dan memukul kaca spion sopir pikap itu.

Baca juga: Kronologi Kasus Penipuan Beli Mobil di Diler Honda MT Haryono

Tak sampai disitu saja, pengendara motor itu juga terlihat menarik sopir pikap keluar dari kendaraan dan menginjak kepalanya.

“Saya ngerem karena ada angkot, motor di belakang saya berhenti kayak kagok gitu, terus dia maju, spion saya di geprak. Dia (pengendara motor) berhenti, saya bertanya ada apa? Saya minta maaf kalau saya. Terus dipukul, jatuh, diinjak,” kata sopir pikap dalam video tersebut.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Romansa Sopir Truck (@romansasopirtruck)

Konsekuensi tindakan pengendara motor itu pun berakibat fatal dan viral. Terutama setelah teknologi saat ini yang mampu menyebarkan tindakan pelaku dengan cepat dan diketahui banyak pihak.

Berkendara di jalan raya memang penuh hal-hal yang kadang membuat jengkel, bahkan hingga emosi. Namun, cara menyalurkan emosi menjadi penganiayaan tidak bisa dibenarkan.

Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana mengatakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat mengemudi, yakni bertanggung jawab, kontrol diri, dan berpikir positif.

Baca juga: Kemenperin Bilang Industri Minta Zero ODOL Ditunda Sampai 2025

“Pengemudi harus paham bahwa menyetir berisiko kecelakaan dan rawan konflik, jadikan tanggung jawab sebagai budaya dalam kehidupan sehari-hari, bukan slogan,” ucap Sony beberapa waktu lalu kepada Kompas.com.

Kemudian kontrol diri diperlukan agar bisa saling berbagi, sopan, dan mengalah ketika berkendara. Anggap saja pengguna jalan itu memiliki kepentingan yang mungkin harus didahulukan.

“Berpikir positif, sampingkan ego dan pikirkan risiko terjelek. Pertimbankan bila melakukan tindakan agresif, apa akibatnya bila berurusan dengan hukum,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau