JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengaku bahwa implementasi pengembangan industri kendaraan bermotor listrik di Indonesia masih punya berbagai tantangan besar.
Selain pandemi Covid-19, beberapa diantaranya ialah, mitigasi perubahan iklim, penurunan polusi udara dan suara, sampai konservasi energi lewat penggunaan energi baru dan terbarukan.
Dinamika ini juga telah mendorong transformasi pada sektor transportasi menuju ke arah green mobility atau mobilitas hijau yang rendah emisi, tak hanya terbatas pada yang berbasis baterai.
Baca juga: Yamaha Beberkan Kendala Menjual Motor Listrik di Indonesia
Demikian diungkapkan Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier dalam keterangan tertulisnya, Rabu (23/2/2022).
"Bentuk sustainability pada sektor otomotif tidak berhenti di situ," kata Taufiek.
"Sebab, pemerintah masih ingin melihat industri mengembangkan teknologi baru, bahan atau materi yang ramah lingkungan, serta inklusivitas yang berkelanjutan dalam produksi kendaraan bermotor,” lanjutnya.
Tapi memang penggunaan kendaraan listrik terbukti mampu menawarkan suatu moda transportasi yang nyaman, efisien, mudah digunakan, serta berkelanjutan dan meningkatkan gaya hidup karena ramah emisi CO2.
Baca juga: Pertamina Buka Layanan Tukar Baterai Motor Listrik, Catat Lokasinya
Hal tersebut menjadi salah satu alasan kendaraan listrik jadi tren global dan sudah digunakan dalam mobilitas perkotaan.
Tetapi, inisiatif industri dalam mengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia semakin nyata. Terbaru, melalui Electrum, perusahaan patugan Gojek dan TBS Energi Utama bersama Pertamina, Gogoro, dan Gesits.
Dalam kesempatan sama, Taufiek juga menyinggung peta jalan industri otomotif nasional terhadap era elektrifikasi kendaraan bermotor yang kini masih belum berubah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.