JAKARTA, KOMPAS.com - Permintaan terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium masih tetap tinggi. Sehingga, pemerintah memutuskan untuk tetap mengedarkannya.
Padahal, menurut Kepala Bengkel Auto2000 Cilandak Suparna, mobil dengan kompresi mesin yang tinggi membutuhkan bahan bakar dengan nilai oktan yang juga tinggi.
Karena bila tidak, maka akan membuat proses pembakaran jadi tidak sempurna, yang berimbas pada performa mesin.
Umumnya mobil keluaran terbaru saat ini memiliki rasio kompresi yang relatif tinggi, yakni minimal 11:1 atau 12:1. Sehingga, bahan bakar yang dibutuhkan juga harus menyesuaikan.
Baca juga: Efek Jangka Panjang Pakai Premium, Bisa Keracunan Gas Buang Kendaraan
"Kalau pakai BBM oktan rendah, proses pembakarannya akan lebih dini, sehingga mesin akan mengalami detonasi atau istilah lainnya mesin ngelitik (knocking). Jika itu terjadi maka tenaga berkurang dan pengemudi menginjak pedal gas harus lebih dalam," kata Suprana, ketika dihubungi Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Jadi, jika mobil tersebut menggunakan BBM dengan oktan tinggi atau sesuai rekomendasi pabrikan, maka proses pembakarannya akan sempurna.
"BBM dengan oktan tinggi itu tidak mudah terbakar seperti oktan rendah. Jadi semua proses pembakarannya sempurna, dan ingat itu hanya berlaku untuk mobil keluaran sekarang karena kompresinya juga sudah tinggi," ujar Suparna.
Baca juga: Efek Pakai BBM Premium dan Pertalite buat Kesehatan Mesin
Tapi, untuk mobil keluaran lama yang kompresinya masih di bawah 10:1, belum tentu juga menggunakan BBM oktan tinggi akan jadi lebih irit.
Sebab, kompresi rendah tidak membutuhkan bahan bakar oktan tinggi. Paling tepat adalah menuruti rekomendasi pabrikan.
Ahmad Safrudin, Direktur Eksekutif KPBB (Komite Penghapusan Bensin Bertimbal), mengatakan, kendaraan yang membutuhkan oktan tinggi tapi diisi dengan oktan rendah, akan menimbulkan efek mengelitik atau knocking di mesin.
"Mesin yang mengelitik akan menjadi tidak bertenaga, karena bensin dengan RON lebih rendah dari kebutuhan mesinnya akan terbakar oleh kompresi piston di ruang pembakaran mesin (self ignition) tanpa didahului percikan api busi," kata Safrudin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.