Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Efek Jangka Panjang Pakai Premium, Bisa Keracunan Gas Buang Kendaraan

Kompas.com - 07/01/2022, 12:02 WIB
Dio Dananjaya,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – BBM Premium rencananya bakal dihapus dan digantikan dengan jenis lain yang lebih ramah lingkungan. Namun demikian, kabar terbaru menyebutkan bahwa rencana ini batal dan tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Padahal Premium dengan RON 88 sudah lama tidak relevan dengan mesin mobil dan motor keluaran baru. Standar Euro 2 yang diusung Premium sudah tertinggal jauh, dengan emisi Euro 4 yang berlaku sekarang.

Ahmad Safrudin, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bahan Bakar Bertimbel (KPBB), penggunaan BBM Premium dalam jangka panjang tidak hanya merusak mesin, tapi juga mengganggu kesehatan.

Baca juga: Pelat Nomor Dipasang Cip, jika Belum Bayar Pajak Tidak Bisa Masuk Tol dan Parkir

Uji emisi gratis di diler Honda yang ada di DKIHONDA PROSPECT MOTOR/HPM Uji emisi gratis di diler Honda yang ada di DKI

Pria yang akrab disapa Puput itu mengatakan, Premium 88 dan Pertalite 90 memiliki kadar belerang 200 PPM (Part Per Million). Sementara standar Euro 4, itu menghendaki hanya maksimum 50 PPM.

Pemakaian Premium dan Pertalite pada mobil atau motor keluaran baru pun bisa berdampak pada rusaknya komponen mesin.

“Ketika catalytic converter rusak dan Diesel Particulate Filter (DPF) rusak, knalpotnya akan makin ngebul,” ujar Puput, dalam diskusi virtual (6/1/2022).

Baca juga: Kena Pajak Emisi, Harga Wuling Almaz Naik hingga Rp 38 Juta

Peenumpukan keendaraan pemudik di Brexit, Brebes, Jawa Tengah, Rabu (13/6/2018). Penumpukan kendaraan terjadi akibat antrean panjang di beberapa pintu tol di ruas tol Pejagan-Pemalang.STR Peenumpukan keendaraan pemudik di Brexit, Brebes, Jawa Tengah, Rabu (13/6/2018). Penumpukan kendaraan terjadi akibat antrean panjang di beberapa pintu tol di ruas tol Pejagan-Pemalang.

“Di sana akan tinggi hidrokarbon, dan sangat karsinogenik, kemudian sangat tinggi juga karbon monoksida yang sangat mematikan,” kata dia.

Menurut Puput, dalam jangka waktu sebentar, menghirup karbon monoksida dapat membuat tubuh lemas.

Sementara jika menghirup dalam waktu lama bisa membuat pingsan. Adapun jika lama sekali atau terus menerus, orang bisa meninggal.

“Kita masih ingat kasus Brexit beberapa tahun lalu, kan ada yang meninggal 17 orang, setelah kami telisik 11 di antaranya meninggal karena keracunan karbon monoksida,” ucap Puput.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com