TANGERANG, KOMPAS.com – Berbagai merek sepeda motor listrik mulai bermunculan di Tanah Air dengan beragam model dan tipe. Namun, ternyata tidak semudah itu jual motor listrik di Indonesia, setidaknya pengalaman ini dialami salah satu produsen lokal, Gesits.
Faktanya, motor listrik masih dipandang sebelah mata oleh konsumen, meskipun bisa diandalkan buat aktivitas setiap hari.
Abdullah Alwi, General Manager of Sales & Marketing PT WIKA Industri Manufaktur (Gesits), mengatakan, ada sejumlah tantangan besar dalam memasarkan motor listrik di Indonesia.
Baca juga: Adu Jumlah SPK di GIIAS 2021, Lebih Banyak Veloz atau Xpander?
Pertama adalah soal kualitas dan ketangguhan produk. Faktor ini menjadi krusial karena konsumen bakal membandingkan dengan model-model yang sudah ada di pasaran, termasuk motor dengan mesin konvensional.
“Kami harus yakinkan pasar perihal durability. Karena pembandingnya adalah existing product,” ujar Alwi, dalam acara Talk Show pada IEMS 2021 di Serpong, Tangerang (24/11/2021).
“Karena dari awal Gesits ingin mengambil posisi subtitution product. Bukan niche, produk baru. Ini yang memang pada umumnya, apalagi dari sebuah produk nasional, peran pemerintah cukup dibutuhkan paling enggak untuk penyerapan tahap awal,” kata dia.
Baca juga: Pameran Kendaraan Listrik IEMS 2021 Resmi Dibuka
Tantangan berikutnya adalah pandangan masyarakat mengenai motor listrik, yang masih dianggap sebagai barang murah yang cepat rusak.
Menurut Alwi, perlu ada edukasi khusus yang dilakukan bersama-sama. Antara produsen, pemerintah, dan stakeholder terkait.
“Di mana masyarakat kita dalam memandang sepeda motor listrik, mereka belum tahu untuk bagaimana membedakan satu produk dengan produk yang lain, dari segi performa dan lain-lainnya,” ucap Alwi.
Baca juga: Resmi, Honda Luncurkan Skutik Adventure ADV350
“Karena ini merupakan sesuatu yang baru. Sehingga yang terjadi di masyarakat, motor listrik adalah kendaraan murah, alternatif. Padahal pada dasarnya kami ingin konversi dari (energi) fosil ke listrik,” ujar dia.
Tantangan selanjutnya adalah soal pengisian daya yang masih memakan waktu cukup lama. Apalagi, sepeda motor dibutuhkan masyarakat sebagai penunjang aktivitas sehari-hari.
“Memang dalam short term kita menyediakan swap station. Tapi menurut kami dari Gesits, nantinya yang akan berperan dan proyeksinya lebih optimistis adalah fast charging. Di mana teknologi ini sebetulnya sudah di depan mata,” kata Alwi.
Baca juga: Ganjil Genap Tetap Berlaku di Tempat Wisata Selama PPKM Level 3 Libur Nataru
Alwi menambahkan, kemampuan baterai dalam menerima daya ketika charging harus lebih diperhatikan.
Singkatnya, penggunaan fast charging harus memikirkan kemampuan dari BMS (Battery Management System) dalam menerima dan menyerap energi.
“Sebenarnya kemampuan baterai tadi dalam menerima fast charging berbeda-beda. Memang tantangan ini yang jadi PR teman-teman. Kalau soal total cost of ownership, memang kendaraan listrik ini sudah sangat menggiurkan,” tutur Alwi.
“Kalau tantangan ini bisa disosialisasi, teman-teman ojek online yang cukup banyak populasinya, teman-teman logistik itu sangat mendambakan hal ini,” ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.