Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 24/11/2021, 13:31 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Program Kendaraan Bermotor Hemat Bahan Bakar dan Harga Terjangkau (KBH2) atau dikenal dengan Low Cost Green Car (LCGC), yang sudah dimulai sejak 2021 perlu mendapat kebijakan baru. Hal tersebut seiring perkembangan teknologi dan isu lingkungan yang semakin kuat.

PT PLN berharap pemerintah memperluas aturan mobil murah ramah lingkungan atau LCGC menjadi Low Carbon Emission Vehicle (LCEV). Kondisi tersebut dilakukan untuk mendorong ekosistem kendaraan listrik di Indonesia demi mencapai target karbon netral pada 2060.

Menurut Bob Saril, Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan harga mobil listrik dengan spesifikasi yang setara LCGC masih lebih mahal.

Namun, seiring perkembangan teknologi, terutama perkembangan baterai yang harganya sepertiga dari keseluruhan mobil, tentunya ke depan mobil listrik akan semakin murah.

Baca juga: Pameran Kendaraan Listrik IEMS 2021 Resmi Dibuka

"Produsen otomotif China sudah memproduksi mobil listrik murah di kisaran harga Rp 60 juta. Saya kira program LCGC ke depan akan lebih tepat untuk mobil listrik. Terlebih Indonesia sudah mampu memproduksi baterai mobil di dalam negeri," kata Bob dalam keterangan resmi PLN, Minggu (21/11/2021).

Komparasi duo LCGC Toyota Agya dan Daihatsu Ayla facelift 2020KOMPAS.com/DIO DANANJAYA Komparasi duo LCGC Toyota Agya dan Daihatsu Ayla facelift 2020

Menurut Bob, terkait dengan pilihan mobil ramah lingkungan saat ini di Indonesia, kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) alias listrik murni, lebih baik dibandingkan mobil plug-in hybrid electric vehicle (PHEV).

Hal tersebut lantaran KBLBB benar-benar nol emisi, sementara mobil hybrid masih menghasilkan emisi, karena listriknya diproduksi menggunakan internal combustion engine (ICE).

"Selain itu, efisiensi mobil listrik akan sangat terasa untuk pelanggan jika langsung ke mobil full listrik. Sistem mobil listrik simpel, artinya biaya pemeliharaannya murah juga. Komponennya juga lebih sedikit, tidak seperti ICE yang jumlahnya cukup banyak sehingga untuk jangka panjang pemeliharaan lebih hemat," kata Bob.

Ilustrasi mobil BEV dan PHEV yang sedang diisi ulang dayanya di SPKLU milik PertaminaPertamina Ilustrasi mobil BEV dan PHEV yang sedang diisi ulang dayanya di SPKLU milik Pertamina

Lebih lanjut dia menjelaskan, dari sisi konsumsi bahan bakar mobil listrik terbukti lebih efisien dibandingkan mobil konvensional.

Untuk 1 kilo Watt hour (kWh) listrik mampu menggerakkan mobil sejauh 10 kilometer (km), sama dengan konsumsi mobil konvensional untuk 1 liter bensin.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke