Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beredar Video Jalan Tol di Indonesia Tidak Aman, Ini Kata KNKT

Kompas.com - 08/11/2021, 06:42 WIB
Arif Nugrahadi,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah kecelakaan maut yang menewaskan artis Vanessa Angel dan suaminya di jalan tol Jombang, beredar video bahwa jalan tol di Indonesia tidak aman.

Video tersebut diunggah oleh akun tiktok @anakteknikindo pada Jumat (5/11/2021). Dalam video tersebut dijelaskan beberapa alasan mengapa jalan tol di Indonesia tidak aman.

Baca juga: Toyota Luncurkan Aygo X, Crossover Mungil Pakai Mesin Agya

Dalam video tersebut dijelaskan, salah satu yang membuat tidak aman karen menggunakan jalan dari beton dan adanya pembatas dinding beton di tengah jalan yang kokoh.

Menanggapi hal ini, Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Achmad Wildan mengaku tak setuju dengan klaim bahwa jalan tol di Indonesia tidak aman.

@anakteknikindo Belajar dari kejadian kecelakaan Vanessa & Bibi???? #vanessa #vanessaangel #vanesaangelkecelakaan #vanessaangelmeninggal #toljombang #toljombangmojokerto #kecelakaan #beritaviral #jalantol #anakteknik #anakteknikindo #fyp #fyp? #fypage #anakkuliah #tipsmahasiswa #samasamabelajar ? suara asli - Anak Teknik Indonesia

Pasalnya, performasi jalan tol selalu diinspeksi secara berkala dan diaudit oleh Biro Pengadaan Barang dan Jasa (BPBS) serta Badan Usaha Jalan Tol (BUJT).

Menurut dia, ada dua indikator performasi jalan tol, yaitu skid resistance atau tingkat kekesatan jalan dan rockness atau ketidakrataan jalan.

"BPBJ secara rutin melakukan audit terhadap dua parameter tadi dan BUJT senantiasa melakukan maintenance terhadap dua hal tadi," kata Wildan dilansir Kompas.com, Minggu (7/11/2021).

Baca juga: Cedera Marquez Dicurigai Lebih Parah dari Sekadar Gegar Otak Ringan

Kemudian mengenai kualitas jalan dengan beton lebih buruk dibandingkan jalan aspal sehingga menyebabkan kecelakaan, Wildan juga mnyatakan kurang setuju dengan pendapat tersebut.

Menurutnya, dua struktur jalan tersebut memiliki kekuatan dan keamanan yang sama. Hanya saja, pengerjaan jalan menggunakan beton lebih cepat.

"Kalau bicara kekuatan, sama. Cuma tinggal bicara waktu. Jalan tol kita itu kan dipacu biar cepet selesai, sehingga kita melakukan pendekatan rigid beton. Tapi pada perjalan berikutnya, itu kan yang rigid kemudian atasnya dikasih aspal biar lebih smooth dan nyaman dipake pengendara," jelasnya.

Jalan Tol Padang-Sicincin.Dok. Kementerian PUPR. Jalan Tol Padang-Sicincin.

Mengenai pembatas jalan, Wildan menjelaskan ada tiga median yang dapat digunakan yakni concrete barrier (beton), pagar pengaman jalan (guardrail), dan wire rope.

Selain tiga itu, ada median yang diatur oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), yaitu berupa rumput. Akan tetapi, median rumput memiliki tingkat fatalitas lebih tinggi, karena meningkatkan risiko kendaraan menyeberang ke jalur lain.

Baca juga: 2 Bus Baru PO Sudiro Tungga Jaya Meluncur, Pakai Bodi Ultra High Deck

"Ketika terjadi kecelakaan beruntun di Cipali, banyak kendaraan yang menyeberang, KNKT mengeluarkan rekomendasi agar median yang bentuknya seperti itu (rumput) dihilangkan," kata Wildan.

"Jadi harus dipasang apakah concrete barrier atau pagar pengaman jalan atau ke wire rope. Itu jangan biarkan dalam bentuk rumput, karena risiko kendaraan nyebarangnya sangat tinggi, itu tabrakan head to head bisa menyebabkan fatalitas lebih tinggi," tambah Wildan.

Ilustrasi jalan tol.Dok. PT Hutama Karya (Persero). Ilustrasi jalan tol.

Melihat dari data dan kajian KNKT selama ini, ada dua penyebab penyumbang kecelakaan terbesar yang terjadi di jalan tol.

Pertama, lost of situation awareness. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh lelah, stres, bingung, dan tidak konsentrasi.

Baca juga: Hasil Kualifikasi MotoGP Algarve 2021, Bagnaia Pole Position

"Ketika mengalami penurunan kewaspadaan dan menghadapi suatu emergency, tiba-tiba ada truk di depan misalnya, kemudian mengambil reaksi berlebihan, itu yang menyebabkan banyak kecelakaan," kata Wildan.

Kedua, lost of control atau kehilangan kendali. Wildan menyebut, dalam kondisi ini sopir seringkali mengalami microsleep atau tidur sesaat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau