JAKARTA, KOMPAS.com – Sejalan dengan meningkatnya tren elektrifikasi, populasi mobil listrik di pasaran pun makin bertambah. Namun berbeda dengan mobil konvensional, penentuan harga mobil listrik bekas akan lebih bergantung dari kondisi baterai.
Dilansir dari Nikkei (26/10/2021), lebih dari 100 perusahaan dan kelompok bisnis, termasuk Ford Motor, BMW hingga pembuat suku cadang Jepang Denso, telah menyepakati standar umum untuk mengevaluasi serta menetapkan harga kendaraan listrik bekas.
Langkah ini mungkin menjadi tonggak sejarah dalam menciptakan pasar mobil listrik bekas yang dinamis, yang pada gilirannya dapat mendorong penggunaan kendaraan listrik secara lebih umum.
Baca juga: Orang Tua Quartararo Ungkap Alasan Anaknya Bisa Juara Dunia Musim Ini
Standar tersebut dikembangkan oleh Mobility Open Blockchain Initiative (MOBI) dan dijadwalkan akan tersedia untuk penggunaan komersial pada tahun 2022.
Seperti diketahui, hingga saat ini belum ada standar yang bisa diterima secara luas dalam menentukan harga jual mobil listrik bekas, khususnya untuk komponen baterai.
Mobil listrik bekas lebih sering dijual tanpa menilai kondisi baterainya. Melainkan didasarkan pada faktor lain, seperti popularitas sebuah mobil.
Baca juga: Warga Sipil Boleh Pakai Pelat Mobil RFS, Ini Syaratnya
Ide yang digalakkan MOBI ini kemungkinan dapat menjadi standar global. Sebab, sekarang memang belum ada standar baku untuk menilai baterai dari kendaraan listrik bekas.
Baterai mobil listrik bekas saat ini belum bisa dihargai secara pasti. Pemilik paling hanya menggantinya dengan yang baru, atau menggunakannya sebagai penyimpanan energi di rumah, ketika baterai tersebut mulai lemah.
Menentukan harga mobil listrik bekas dari baterainya dirasa penting, pasalnya baterai merupakan komponen paling mahal pada mobil listrik. Tercatat, saat ini sebanyak 30 persen dari harga mobil listrik merupakan biaya baterai.
Baca juga: Siap-siap, Kendaraan Tidak Lulus Uji Emisi Bisa Didenda Rp 500.000
Dengan standar yang diusulkan oleh MOBI, riwayat penggunaan mobil listrik bisa direkam menggunakan teknologi blockchain.
Lewat teknologi ini akan terpantau usia baterai, jarak tempuh, perubahan suhu baterai, dan tegangan baterai. Data ini kemudian digunakan untuk mengevaluasi keadaan baterai dan menghasilkan nilai jual.
Seperti diketahui, depresiasi harga jadi salah satu faktor yang menentukan pembelian mobil. Dengan teknologi ini, diharapkan konsumen akan lebih percaya diri dalam membeli kendaraan listrik.
Sebab mereka bakal merasa yakin ketika menjualnya, bahwa mobil listrik tersebut memiliki harga pasaran yang wajar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.