Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih di Bawah 2.000 Unit, Kendaraan Listrik Hadapi Tiga Hambatan

Kompas.com - 25/09/2021, 08:02 WIB
Ruly Kurniawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti senior dari lembaga riset McKinsey & Company Rahul Gupta mengungkapkan, sedikitnya ada tiga faktor utama yang menghambat laju percepatan adopsi kendaraan listrik di Indonesia.

Ketiga hambatan sekaligus tantangan tersebut, adalah regulasi yang efektif dan mendukung, infrastruktur yang memadai, serta keterjangkauan harga. Bila aspek terkait bisa diatasi, maka tidak butuh waktu lama agar era elektrifikasi tercipta di Indonesia.

“Kami memproyeksikan kendaraan roda dua menjadi penggerak utama dalam hal penetrasi (kendaraan listrik) yang lebih tinggi secara signifikan, khususnya pada kasus Indonesia,” ujar Rahul dalam diskusi Energy Transition Dialogue (IETD) 2021 pada Jumat (24/9/2021).

Baca juga: Video Viral Rem Skutik Blong di Turunan, Begini Penjelasannya

Persoalan harga kendaraan listrik, juga menjadi sorotan Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Sony Sulaksono.

Pada kesempatan terpisah, ia mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia telah menetapkan target 1,6 juta sepeda motor dan 400.000 mobil listrik di 2025.

Sementara hingga kini, adopsi atau penjualan kendaran listrik Indonesia masih di bawah 2.000 unit, termasuk hybrid vehicle (HEV), plug-in hybrid (PHEV), mild hybrid, sampai full electric vehicle.

Menurutnya pemerintah telah berupaya menurunkan harga dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No 74 yang mengatur insentif dan disinsentif kendaraan listrik dan kendaraan konvensional.

Baca juga: Ingat, Tidak Semua Pelek Racing Bisa Pakai Ban Tubeless

“Misalnya dengan pemberian 0 persen pajak mewah untuk kendaraan listrik,” kata Sony.

"Mahalnya harga kendaraan listrik sedikit banyak dipengaruhi oleh biaya baterai yang mencangkup 40-50 persen dari total biayanya. Jadi kalau ini bisa diatasi, harga akan jauh lebih terjangkau," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Militer Sudan Rebut Kembali Istana Presiden dari RSF Setelah Hampir Dua Tahun
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau