JAKARTA, KOMPAS.com – Enam merek otomotif Jepang, termasuk Toyota Motor, akan memangkas rencana produksi mobil hingga lebih dari 1 juta kendaraan pada tahun fiskal 2021.
Jika tahun lalu penurunan produksi diakibatkan Covid-19, kini imbas pandemi melebar ke berkurangnya suplai cip semikonduktor.
Dampak krisis cip makin terasa karena terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Asia Tenggara, yang merupakan basis utama pasokan semikonduktor.
Baca juga: Toyota Corolla Cross JDM meluncur, Harga Mulai Rp 250 Jutaan
Dilansir dari laporan Nikkei (15/9/2021), dampak krisis cip tak hanya dirasakan produsen mobil Jepang saja, tapi juga merek Eropa dan AS.
Toyota telah merevisi perkiraan produksi globalnya untuk tahun fiskal yang berakhir Maret 2022, kabarnya produksi mobil turun 3 persen menjadi 9 juta unit.
Nissan Motor telah mengumumkan rencana untuk mengurangi produksi 250.000 unit, dan Honda Motor memperkirakan penjualan akan lebih rendah 150.000 kendaraan.
Baca juga: Ojek Online Dilarang Mangkal di 6 Kawasan Kota Bogor, Simak Lokasinya
Suzuki Motor juga menerima pukulan besar dengan mengurangi produksi 350.000 kendaraan, atau sekitar 10 persen dari angka tahun fiskal lalu.
Mazda Motor, Mitsubishi Motors dan Subaru juga telah mengumumkan pengurangan mereka sendiri.
Hasilnya, pengurangan gabungan untuk enam merek Jepang yang telah mencapai sekitar 1,05 juta kendaraan.
Baca juga: Mau Pakai Pelat Nomor Cantik, Catat Ini Syaratnya
Sementara itu, General Motors telah menangguhkan operasi di delapan pabrik, atau 50 persen dari pabrik perakitan kendaraannya di Amerika Utara, selama satu hingga empat minggu mulai 6 September.
Merek Perancis, Renault, juga telah menutup beberapa pabrik di Spanyol hingga 60 hari sejak akhir Agustus.
Adapun Volkswagen pada akhir Agustus, melakukan pengurangan produksi tambahan di pabrik utama Wolfsburg.
Baca juga: Kemenhub Bakal Hapus Jembatan Timbang Konvensional, Diganti dengan WIM
Pandemi melanda tepat ketika para pembuat mobil berjuang untuk komponen elektronik ini. Karena suplai semikonduktor tidak masuk, berimbas pada berhentinya produksi komponen, seperti suku cadang, rem dan lain-lain. Dengan berhentinya produksi komponen, alhasil perakitan mobil pun juga terhambat.
Menurut perkiraan yang disusun oleh sebuah perusahaan riset AS bulan ini, volume produksi mobil global pada tahun 2021 akan turun menjadi sekitar 80 juta unit.
Atau turun sekitar 6 persen dari proyeksi awal, dengan kerugian penjualan lebih dari 130 miliar dollar AS atau lebih dari Rp 1.000 triliun. Efeknya akan lebih parah jika merek sebesar Toyota terus mengurangi produksi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.