JAKARTA, KOMPAS.com - Kebijakan relaksasi PPnBM 0 persen yang selama ini bergulir, dianggap sukses menggairahkan industri otomotif roda empat di Indonesia.
Hal tersebut dibuktikan dari naiknya penjualan mobil yang jauh lebih baik dibanding periode yang sama pada 2020, atau saat pandemi Covid-19 ramai di Tanah Air.
Namun demikian, dalam pelaksaan di dua bulan terakhir, yakni Juli dan Agustus 2021, secara performa mulai goyang akibat terbentur Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) imbas meningkatnya kasus Covid-19.
Baca juga: Sudah Tahu Ada STNK dan TNKB Rahasia? Ini Penjelasannya
Karena itu, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) berharap pemerintah bisa memberikan kebijakan terakit perpanjangan kembali relaksasi PPnBM 0 persen.
"Melihat dari efek positif yang telah berjalan, meski pemerintah kehilangan PPnBM namun mendapat manfaat lebih besar saat industri otomotifnya bangkit. Multiplier effect yang disebabkan naiknya penjualan mobil itu sangat banyak," ucap Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gaikindo, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (19/8/2021).
"Terkait usulan perpanjangan PPnBM itu wilayahnya pemerintah, tapi kami sudah sampaikan, karena bila dari dampak positifnya kan sudah kelihatan, kalau dari hasil kajiannya positif ya kenapa tidak dilanjutkan," lanjutnya.
Lebih lanjut Kukuh mengatakan, adanya penerapan PPKM yang berlangsung dari Juli hingga saat ini, memberikan efek negatif dari sisi produksi kendaraan bermotor.
Baca juga: Tiga Mobil Suzuki Buatan Lokal Naik Daun di Segmen Fleet
Hal tersebut juga otomatis berimbas pada turunannya, mulai dari penjualan, antrean atau inden, sampai masalah proses delivery.
"Memang dari PPKM ini punya dampak penurunan, terutama di Juli dibandingkan bulan sebelumnya (Juni). Penurunannya sekitar 10 persen, tidak drastis tapi tetap memberikan dampak seperti terjadinya inden," kata Kukuh.
Menurut Kukuh, meski pabrikan masih bisa beroperasi dengan protokol kesehatan yang ketat, namun tanpa suplai komponen lantaran terhambat kebijakan PPKM, maka hal tersebut menjadi sia-sia.
Pasalnya, walau hanya sekadar komponen penujuang, tapi tetap memberikan pengaruh besar pada proses produksi sebuah kendaraan.
"Boleh produksi tapi kalau komponennya tidak ada ya tidak mungkin. Contoh soal jok, pabrikan bisa bikin mobil utuh, tapi bila supplier seat tak bisa beroperasi ya tidak mungkin mobil dijual tanpa jok," ujar Kukuh.
Baca juga: Pandemi Covid-19, Gaikindo Optimis Target Penjualan Mobil Tercapai
Saat menanyakan soal tanggapan perpanjangan PPnBM 0 persen dari pemerintah, Kukuh hanya mengatakan bila sejauh ini pemerintah mengkaji dan sudah memberikan sinyal.
"Pemerintah sepertinya akan mendukung, itu harapannya. Karena dari segi dampak positif sudah kelihatan, belum lagi dari segi kontribusi ekspor nasional 4,5 persen. Sinyalnya sudah kelihatan, sudah ada lampu kuningnya," ucap Kukuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.