Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mana Lebih Bahaya, Ban Kelebihan atau Kekurangan Tekanan Udara?

Kompas.com - 27/07/2021, 18:31 WIB
Donny Dwisatryo Priyantoro,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu komponen yang vital pada kendaraan adalah ban, berlaku untuk mobil, motor, bus, atau truk sekalipun. Untuk itu, perlu diperhatikan kondisinya secara rutin.

Penting untuk menjaga tekanan udara pada ban. Sebab, komponen ini tak hanya berfungsi sebagai alat penggerak.

Baca juga: Ini Pentingnya Atur Tekanan Udara Ban Sepeda Motor

Ban juga berfungsi untuk menunjang performa, handling, kenyamanan, keamanan, dan menahan beban kendaraan. Bahkan, tekanan udara pada ban juga dapat berdampak pada konsumsi bahan bakar.

Tekanan udara ban truktruckmagz.com Tekanan udara ban truk

Namun, masih banyak pengendara yang abai soal tekanan udara. Tak sedikit yang mengisi udara tanpa menyesuaikan tekanan dengan anjuran pabrikan.

Bahkan, masih banyak juga pengendara sepeda motor yang memeriksa tekanan udara pada ban hanya dengan menekannya menggunakan jari tangan.

Baca juga: Begini Efek Ban Mobil bila Sering Kelebihan Tekanan Udara

Customer Engineering Support Michelin Indonesia Muhammad Fachrul Rozi, mengatakan, pengecekan tekanan ban harus dilakukan setidaknya dua minggu sekali atau satu bulan sekali.

tekanan udara banKompas.com/Fathan Radityasani tekanan udara ban

"Karena pada dasarnya tekanan angin ban secara alami akan mengalami pengurangan sekitar 1-2 psi setiap bulan tanpa terpengaruh jenis udara yang digunakan," ujar Fachrul, kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Fachrul menambahkan, tekanan udara ban yang kurang dapat menimbulkan potensi ban pecah. Kebanyakan kejadian pecah ban di jalan tol terjadi karena kurangnya tekanan udara, bukan karena kelebihan.

Pemilik kendaraan harus memahami mengenai ukutan tekanan udara pada ban. Salah satunya untuk menjaga agar ban bisa awet dan tidak mudah mengalami kerusakan atau kebocorran.Kompas.com/Donny Pemilik kendaraan harus memahami mengenai ukutan tekanan udara pada ban. Salah satunya untuk menjaga agar ban bisa awet dan tidak mudah mengalami kerusakan atau kebocorran.

"Tekanan udara yang kurang akan membuat temperatur ban lebih cepat panas karena permukaan ban yang bergesekan dengan aslpal semakin besar. Selain udara yang panas, ban juga harus manahan beban kendaraan yang berat," kata Fachrul.

Hal tersebut dapat membuat sisi samping ban tidak kuat menahan dan akhirnya mengalami pecah ban. Kondisi tersebut tentu akan sangat berbahaya bagi pengendara dan penumpang.

Ilustrasi cek tekanan udara pada banamericatop10.com Ilustrasi cek tekanan udara pada ban

Fachrul mengatakan, bila ban kelebihan udara setidaknya ada tiga efek buruk, dan dampaknya ini lebih mengarah pada sisi kenyamanan ketika mengendarainya.

Pada kecepatan tinggi, mobil tidak akan stabil. Sebab, permukaan ban yang mencengkram jalan menjadi lebih kecil. Kondisi ini juga dapat membuat ban slip.

Selain itu, ban juga tidak dapat menyerap benturan dari jalanan dengan baik. Hal ini dikarenakan tekanan udara yang membuat ban jadi lebih keras.

Dampak terakhir adalah permukaan ban yang akan lebih cepat aus dari biasanya. Khususnya pada bagian tengah yang lebih banyak bergesekan dengan permukaan jalan saat udara di dalam terlalu padat.

Ban Kempis Sendiri

Ban kempis setelah meledakshutterstock Ban kempis setelah meledak

Ban mobil atau sepeda motor akan kempis jika jarang digunakan. Proses penyusutannya makin cepat jika kendaraan diparkir dan ban menyentuh alas semen atau keramik.

Kondisi tersebut bisa karena berkaitan dengan suhu luar ruangan. Saat suhu di luar turun, maka akan membuat udara di dalam ban ikut menyusut, sehingga mengakibatkan tekanan ban berkurang.

Senior Brand Executive & Product Development PT Gajah Tunggal Tbk, produsen IRC Tire Dodiyanto mengatakan, suhu luar ruangan berpengaruh pada tekanan ban lantaran ban terbuat dari karet.

Ban kempis tetap bisa berjalan layaknya normal dengan kecepaan maksimum 80 kpj, menempuh jarak 120 km.BMW Ban kempis tetap bisa berjalan layaknya normal dengan kecepaan maksimum 80 kpj, menempuh jarak 120 km.

“Ban itu sebetulnya memiliki pori-pori walaupun tidak kelihatan. Begitu dia bersentuhan langsung dengan keramik atau semen, pori-porinya akan terbuka,” ucap Dodi kepada Kompas.com.

Senada dengan Dodi, On Vehicle Test (OVT) Manager PT Gajah Tunggu Tbk, Zulpata Zainal mengatakan, udara berkurang karena karet ban tidak benar-benar padat. Terdapat pori-pori meskipun dalam ukuran yang sangat kecil.

“Karet ban itu tidak padat, ada pori-porinya yang kecil sekali. Bahkan pelek juga ada (pori-porinya). Nah, tekanan udara bisa keluar melalui pori-pori tersebut,” ucap Zulpata saat dihubungi Kompas.com, Jumat (2/7/2021).

Zulpata menyarankan, untuk mencegah penyusutan tekanan udara di dalam ban, pemilik kendaraan sebaiknya tidak memarkir kendaraan di lantai yang dingin. Sebab hal itu akan mempercepat tekanan udara menyusut.

Cara lainnya ialah memakai nitrogen. Menurut Zulpata, nitrogen memiliki molekul udara yang lebih besar. Keunggulannya ialah lebih stabil sehingga tidak mudah menyusut saat udara dingin dan memuai saat panas.

“Tapi, pemilik kendaraan tetap harus memperhatikan tekanan udara yang direkomendasikan,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau