JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu komponen yang vital pada kendaraan adalah ban, berlaku untuk mobil, motor, bus, atau truk sekalipun. Untuk itu, perlu diperhatikan kondisinya secara rutin.
Penting untuk menjaga tekanan udara pada ban. Sebab, komponen ini tak hanya berfungsi sebagai alat penggerak.
Ban juga berfungsi untuk menunjang performa, handling, kenyamanan, keamanan, dan menahan beban kendaraan. Bahkan, tekanan udara pada ban juga dapat berdampak pada konsumsi bahan bakar.
Namun, masih banyak pengendara yang abai soal tekanan udara. Tak sedikit yang mengisi udara tanpa menyesuaikan tekanan dengan anjuran pabrikan.
Bahkan, masih banyak juga pengendara sepeda motor yang memeriksa tekanan udara pada ban hanya dengan menekannya menggunakan jari tangan.
Customer Engineering Support Michelin Indonesia Muhammad Fachrul Rozi, mengatakan, pengecekan tekanan ban harus dilakukan setidaknya dua minggu sekali atau satu bulan sekali.
"Karena pada dasarnya tekanan angin ban secara alami akan mengalami pengurangan sekitar 1-2 psi setiap bulan tanpa terpengaruh jenis udara yang digunakan," ujar Fachrul, kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Fachrul menambahkan, tekanan udara ban yang kurang dapat menimbulkan potensi ban pecah. Kebanyakan kejadian pecah ban di jalan tol terjadi karena kurangnya tekanan udara, bukan karena kelebihan.
"Tekanan udara yang kurang akan membuat temperatur ban lebih cepat panas karena permukaan ban yang bergesekan dengan aslpal semakin besar. Selain udara yang panas, ban juga harus manahan beban kendaraan yang berat," kata Fachrul.
Hal tersebut dapat membuat sisi samping ban tidak kuat menahan dan akhirnya mengalami pecah ban. Kondisi tersebut tentu akan sangat berbahaya bagi pengendara dan penumpang.
Fachrul mengatakan, bila ban kelebihan udara setidaknya ada tiga efek buruk, dan dampaknya ini lebih mengarah pada sisi kenyamanan ketika mengendarainya.
Pada kecepatan tinggi, mobil tidak akan stabil. Sebab, permukaan ban yang mencengkram jalan menjadi lebih kecil. Kondisi ini juga dapat membuat ban slip.
Selain itu, ban juga tidak dapat menyerap benturan dari jalanan dengan baik. Hal ini dikarenakan tekanan udara yang membuat ban jadi lebih keras.
Dampak terakhir adalah permukaan ban yang akan lebih cepat aus dari biasanya. Khususnya pada bagian tengah yang lebih banyak bergesekan dengan permukaan jalan saat udara di dalam terlalu padat.
Ban Kempis Sendiri
Ban mobil atau sepeda motor akan kempis jika jarang digunakan. Proses penyusutannya makin cepat jika kendaraan diparkir dan ban menyentuh alas semen atau keramik.
Kondisi tersebut bisa karena berkaitan dengan suhu luar ruangan. Saat suhu di luar turun, maka akan membuat udara di dalam ban ikut menyusut, sehingga mengakibatkan tekanan ban berkurang.
Senior Brand Executive & Product Development PT Gajah Tunggal Tbk, produsen IRC Tire Dodiyanto mengatakan, suhu luar ruangan berpengaruh pada tekanan ban lantaran ban terbuat dari karet.
“Ban itu sebetulnya memiliki pori-pori walaupun tidak kelihatan. Begitu dia bersentuhan langsung dengan keramik atau semen, pori-porinya akan terbuka,” ucap Dodi kepada Kompas.com.
Senada dengan Dodi, On Vehicle Test (OVT) Manager PT Gajah Tunggu Tbk, Zulpata Zainal mengatakan, udara berkurang karena karet ban tidak benar-benar padat. Terdapat pori-pori meskipun dalam ukuran yang sangat kecil.
“Karet ban itu tidak padat, ada pori-porinya yang kecil sekali. Bahkan pelek juga ada (pori-porinya). Nah, tekanan udara bisa keluar melalui pori-pori tersebut,” ucap Zulpata saat dihubungi Kompas.com, Jumat (2/7/2021).
Zulpata menyarankan, untuk mencegah penyusutan tekanan udara di dalam ban, pemilik kendaraan sebaiknya tidak memarkir kendaraan di lantai yang dingin. Sebab hal itu akan mempercepat tekanan udara menyusut.
Cara lainnya ialah memakai nitrogen. Menurut Zulpata, nitrogen memiliki molekul udara yang lebih besar. Keunggulannya ialah lebih stabil sehingga tidak mudah menyusut saat udara dingin dan memuai saat panas.
“Tapi, pemilik kendaraan tetap harus memperhatikan tekanan udara yang direkomendasikan,” kata dia.
https://otomotif.kompas.com/read/2021/07/27/183100115/mana-lebih-bahaya-ban-kelebihan-atau-kekurangan-tekanan-udara