JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik Nasional tengah fokus menggaet sejumlah calon mitra agar masuk rantai pasok industri baterai kendaraan listrik di Indonesia.
Awalnya, terdapat 11 calon mitra yang berminat terlibat dalam proyek ini. Kemudian, melalui proses negosiasi dan seleksi ketat jumlahnya semakin berkurang menjadi tujuh dan menyusut lagi menjadi tinggal tiga saja.
Padahal disadari bahwa permintaan kendaraan listrik di dalam negeri dibandingkan dengan kapasitas pabrik yang ada masih cukup rendah. Sehingga, dibutuhkan mitra untuk kebutuhan domestik dan ekspor.
Baca juga: Tekan Populasi ODOL dari Hulu, Kemenhub Bakal Sambangi Karoseri
"Kami berkeyakinan bahwa pihak mita bisa memberikan dua hal yaitu teknologi dan pasar. Ini karena pasar kita masih terbatas, mobil listrik belum banyak," kata Ketua Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik Nasional Agus Tjahajana dalam acara Market Review di IDX Channel, Selasa (16/2/2021).
"Terhadap tiga calon mitra tersebut, komunikasi kami aktif. Tapi kami tetap membuka diri untuk kemungkinan calon mitra baru yang juga mengisi value chain industri terkait," lanjut dia.
Agus pun mengapresiasi langkah bantuan pemerintah melalui penerbitan Peraturan Presiden (Perpres) maupun Peraturan Pemerintah (PP) untuk mendorong tumbuhnya industri kendaraan listrik di Indonesia.
Tentu, langkah itu membuat Tim Percepatan Proyek Baterai Kendaraan Listrik Nasional lebih percaya diri dalam menggaet calon mitra.
Baca juga: Cerita Sutrisno, Dapat Uang Rp 15, 8 M Langsung Beli HR-V, Xpander, Innova dan Pikap
Adapun mengenai tiga calon mitra yang sudah menjajaki peluang kerja sama di Indonesia ialah konsorsium CATL asal China dan LG Chem Ltd asal Korea Selatan.
Kemudian, satu lagi diproyeksi ialah Tesla. Sebab, perusahaan Amerika Serikat tersebut belakangan ini sudah melaksanakan komunikasi lanjut dengan pemerintah RI.
Agus mengungkapkan, Tesla berpeluang terlibat dalam industri baterai kendaraan listrik di sektor hulu. Peluang yang sama juga bisa didapatkan oleh Tesla dengan terlibat dalam sektor hilir industri baterai kendaraan listrik.
“Kami tidak keberatan jika Tesla masuk di hulu, karena kami sudah hitung berapa cadangan nikel yang ada. Kalau masuk ke hilir tentu saja silakan. Kami tentu sangat senang bisa bermitra,” ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.