Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Masih Banyak Pengendara Motor Berkendara Satu Tangan

Kompas.com - 16/02/2021, 10:22 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Mengendarai motor bukanlah hal yang sulit. Kemampuan ini merupakan hal yang bisa dilatih, dan terus berkembang seiring berjalannya waktu.

Namun, ketika orang merasa sudah mahir mengendarai motor, ada saja kebiasaan yang dilakukan. Misalnya seperti mengendarai motor hanya dengan satu tangan, alasan salah satu tangan tidak memegang setang mungkin karena merasa pegal.

Kalau alasan di atas mungkin masih boleh karena hanya sesaat. Tapi, kebiasaan lain adalah berkendara satu tangan, sambil main ponsel. Kebiasaan ini yang sudah jelas-jelas salah, tapi masih dilakukan!

Padahal mengendarai motor dengan cara tersebut bukanlah hal yang aman. Jika ada jalan yang rusak, pengendara bisa jatuh karena kehilangan keseimbangannya. Begitu juga reflek pengendara jadi lebih lambat saat ingin bereaksi.

Baca juga: Diproduksi sejak 2019, Berapa Unit Mobil Esemka yang Terjual?

Naik motor main HPmotorplus Naik motor main HP

Founder & Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting Jusri Pulubuhu mengatakan, pengendara motor yang biasa berkendara dengan satu tangan disebabkan rasa percaya dirinya yang begitu tinggi.

“Percaya diri mereka berlebihan disebabkan karena keterampilan mereka yang sudah meningkat. Namun, ini datangnya bukan dari pengetahuan sehingga tidak didasari kemampuan tentang bahaya dan risikonya,” ucap Jusri kepada Kompas.com, Senin (15/2/2021).

Baca juga: Deretan Mobil-mobil di Bawah 1.500 cc yang Tidak Dapat Insentif PPnBM

Jusri menjelaskan orang yang berkendara dengan satu tangan ini pasti dilakukan oleh yang sudah berpengalaman atau sudah lama berkendara. Tetapi pengetahuan mereka hanya berdasarkan dari pengalaman, sehingga kemampuan mereka tidak memiliki soft skill.

“Jika tidak diawali dari pengetahuan, mereka tidak menyadari tentang bahaya atau risikonya. Kalau didasari dengan pengetahuan, maka dia punya kemampuan pengkajian risiko yang tinggi,” kata Jusri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau