Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Bead Crack pada Ban Truk dan Penyebabnya

Kompas.com - 29/11/2020, 08:41 WIB
Muhammad Fathan Radityasani,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Kerusakan pada ban truk ada banyak modelnya. Salah satu yang sering dialami oleh truk di Indonesia yaitu bead crack. Bead crack sendiri terbagi dua, outer jika terjadi di bagian luar, inner kalau di dalam (interior) bead.

Bead crack adalah jenis kerusakan berupa retakan pada bagian bead area yang posisinya melingkar persis sedikit diatas bibir pelek (rim flange). Ada berbagai penyebab bead crack yang terjadi pada truk-truk di Indonesia.

Tire & Rim Consultant dan Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, Bambang Widjanarko mengatakan, salah satu penyebab bead crack yaitu pemakaian pelek yang lebih sempit dari rekomendasi pabrik ban.

Baca juga: Sering Disepelekan, Ini akibat Jarang Isi BBM Full Tank

kerusakan ban trukBambang Widjanarko kerusakan ban truk

“Pada setiap ban selalu tercantum ukuran pelek yang direkomendasikan oleh pabrik ban tersebut. Namun biasanya ukuran pelek yang direkomendasikan memiliki syarat ban dibebani sesuai dengan anjuran pabrik juga,” ucap Bambang kepada Kompas.com, Jumat (27/11/2020).

Jika ban digunakan untuk mengangkut beban berlebih (overload) tentunya bisa menyababkan bead crack walaupun peleknya sesuai anjuran pabrik ban. Maka untuk menyiasatinya harus digunakan juga pelek dengan ukuran diatas rekomendasi pabrik (overspec).

“Kemungkinan kedua adalah karena ban sering mengalami kekurangan tekanan udara. Sehingga ban sering terdefleksi secara berlebihan akibat beban muatan berlebih, membuat bagian bead nya sering menekan bibir pelek,” kata Bambang.

Baca juga: Tak Perlu Ikut Tes Lagi, Begini Cara Urus SIM yang Hilang

Penyebab lainnya, karena kebiasaan pengemudi yang terlalu sering menggunakan rem kaki (service brake) dan jarang menggunakan exhaust brake atau engine brake untuk menahan laju kendaraan pada medan pegunungan.

Panas dari tromol akan didistribusikan lewat pelek ke area bead. Sehingga bagian compound karet yang melapisi kawat bead (bead wire) overheat dan bentuknya melelh seperti jelly. Jika dingin kembali, maka akan menjadi arang yang menyebabkan terjadinya retakan.

“Jika bead dipantau dari luar, mungkin kondisinya masih hangat, namun sebenarnya temperatur di dalamnya sudah sangat panas. Ini menyebabkan karet compound yang melapis kawat bead ( bead wire ) didalamnya sudah meleleh seperti jelly,” kata dia

Ratusan mobil truk berhenti menunggu selesainya pembatasan jam operasional truk di jalan raya Parung Panjang menuju Legok, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (10/01/2019). Pemerintah Kabupaten Tangerang membatasi jam operasional kendaraan jenis truk golongan 2 hingga truk golongan 5 yang membawa muatan material tanah dan pasir. Jenis-jenis kendaraan tersebut baru dapat melintas pukul 22.00-05.00 WIB.KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI Ratusan mobil truk berhenti menunggu selesainya pembatasan jam operasional truk di jalan raya Parung Panjang menuju Legok, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (10/01/2019). Pemerintah Kabupaten Tangerang membatasi jam operasional kendaraan jenis truk golongan 2 hingga truk golongan 5 yang membawa muatan material tanah dan pasir. Jenis-jenis kendaraan tersebut baru dapat melintas pukul 22.00-05.00 WIB.

Sangat dianjurkan untuk sering mengistirahatkan ban terutama pada medan jalan pegunungan yang naik turun dan berkelok-kelok.

“Kemungkinan penyebab terakhir adalah seringnya kendaraan menikung secara tajam dan seringnya pengemudi mengerem secara mendadak dengan muatan berat, jadi ban seolah diperas (squishing),” ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com