Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elektrifikasi Picu Persaingan Ketat Industri Otomotif Indonesia

Kompas.com - 16/11/2020, 08:02 WIB
Ruly Kurniawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Persaingan industri otomotif tanah Air dipercayai akan semakin ketat hingga lima tahun mendatang seiring dengan perkembangan pasar dan kendaraan ramah lingkungan berbasis baterai atau elektrifikasi.

Bersamaan dengan itu, tak sedikit pabrikan yang mulai menunjukkan komitmennya melalui investasi berkesinambungan di Indonesia, mulai dari Jepang, China, Korea Selatan, hingga Amerika Serikat (AS).

"Indonesia memiliki potensi yang luar biasa di sektor otomotif. Tidak hanya pasar (populasi) saja, tapi juga beragam rencana jangka panjangnya seperti pembuatan pabrik baterai," kata Pengamat Otomotif, Bebin Djuana saat dihubungi Kompas.com, Minggu (15/11/2020).

Baca juga: Pembangunan Pabrik Baterai Tesla di Indonesia Segera Dimulai

Salah satu industri yang memproduksi kendaraan, Jakarta, Sabtu (17/10/2020).Dokumentasi Humas Kementerian Perindustrian Salah satu industri yang memproduksi kendaraan, Jakarta, Sabtu (17/10/2020).

Langkah strategis para pabrikan otomotif ini sebenarnya sudah bisa tercium dalam lima tahun belakangan yang diawali produsen asal China, yakni Wuling Motors dan DFSK.

Wuling Motors, yang mendapatkan izin pendirian pabrik di kawasan Deltamas, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat seluas 30 hektare pada 2015 berhasil mendatangkan total investasi sebesar 700 juta dolar AS.

Tepat di 22 Mei 2017, merek mobil ini meluncurkan seri kendaraan keluarga perdananya yaitu Wuling Confero dengan jenis low multi purpose vehicle (LMPV). Kini, total ada empat model yang diproduksinya.

Tak berselang lama, Langkah serupa diambil oleh PT Sokonindo Automobile (DFSK) yang menempatkan pabriknya di Cikande, Serang, Banten dengan investasi mencapai lebih dari 150 juta dolar AS.

Baca juga: Persaingan Sengit Menuju Juara Baru MotoGP 2020 Tanpa Marc Marquez

Pekerja menyelesaikan perakitan mobil wuling di Pabrik Wuling Motors, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (9/5/2018). Pabrik seluas 60 hektar yang terdiri dari pabrik manufaktur dan supplier park mampu memproduksi 120.000 unit kendaraan pertahun.KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO Pekerja menyelesaikan perakitan mobil wuling di Pabrik Wuling Motors, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (9/5/2018). Pabrik seluas 60 hektar yang terdiri dari pabrik manufaktur dan supplier park mampu memproduksi 120.000 unit kendaraan pertahun.

Menariknya, pabrik menggunakan teknologi terkini sehingga mendekati industri 4.0 sebagai 'smart factory' berstandar internasional. Artinya, di sana banyak kegiatan produksi yang dilakukan secara robotik sehingga pengerjaan lebih presisi, efektif, serta efisien.

Melalui DFSK Glory 580 sebagai produk pertama yang diluncurkan pada pertengahan 2018, perusahaan bertekad untuk memenuhi lebih dari 50 persen kandungan lokal kebutuhan suku cadang dalam kurun waktu tiga tahun, dengan target akhir mencapai 80 persen.

Jelang penutupan tahun 2019, Hyundai Motor Company memutuskan untuk menanamkan investasi sebesar 1,54 miliar dolar AS di Indonesia yang dimanfaatkan untuk membangun pabrik dan pengembangan serta produksi kendaraan.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadia saat itu menyampaikan, realisasi investasi pabrikan Korea Selatan tersebut bakal dilakukan melalui dua tahap yakni 2019-2021 dan 2022-2030.

Pada fase pertama, Hyundai akan berfokus pada investasi pabrik pembuatan mobil berlokasi di Jawa Barat dan akan mengekspor setidaknya 50 persen dari total produksi.

Sementara di fase kedua, akan berfokus pada pengembangan pabrik pembuatan mobil listrik, transmisi, pusat penelitian dan pengembangan, pusat pelatihan, dan rencana ekspor.

Baca juga: Pajak Nol Persen Ditolak, Kemenperin Tidak Menyerah Ajukan Relaksasi

Ilustrasi Pabrik Tesla di ASreuters.com Ilustrasi Pabrik Tesla di AS

"Hyundai juga itu masuk Indonesia bersedia untuk memproduksi mobil listrik. Itu salah satu komitmen dia, jadi tidak hanya mendatangkan mobil listrik dari luar," kata Bebin.

Belum lagi ada Kia yang mulai bangkit di bawah naungan Indomobil Group melalui PT Kreta Indo Artha (KIA) dan Renault bersama PT Maxindo Renault Indonesia (MRI). Tapi, mereka belum menyatakan komitmennya sebagaimana pabrikan non-jepang lain dengan membangun pabrik.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau