JAKARTA, KOMPAS.com - Persaingan industri otomotif tanah Air dipercayai akan semakin ketat hingga lima tahun mendatang seiring dengan perkembangan pasar dan kendaraan ramah lingkungan berbasis baterai atau elektrifikasi.
Bersamaan dengan itu, tak sedikit pabrikan yang mulai menunjukkan komitmennya melalui investasi berkesinambungan di Indonesia, mulai dari Jepang, China, Korea Selatan, hingga Amerika Serikat (AS).
"Indonesia memiliki potensi yang luar biasa di sektor otomotif. Tidak hanya pasar (populasi) saja, tapi juga beragam rencana jangka panjangnya seperti pembuatan pabrik baterai," kata Pengamat Otomotif, Bebin Djuana saat dihubungi Kompas.com, Minggu (15/11/2020).
Baca juga: Pembangunan Pabrik Baterai Tesla di Indonesia Segera Dimulai
Langkah strategis para pabrikan otomotif ini sebenarnya sudah bisa tercium dalam lima tahun belakangan yang diawali produsen asal China, yakni Wuling Motors dan DFSK.
Wuling Motors, yang mendapatkan izin pendirian pabrik di kawasan Deltamas, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat seluas 30 hektare pada 2015 berhasil mendatangkan total investasi sebesar 700 juta dolar AS.
Tepat di 22 Mei 2017, merek mobil ini meluncurkan seri kendaraan keluarga perdananya yaitu Wuling Confero dengan jenis low multi purpose vehicle (LMPV). Kini, total ada empat model yang diproduksinya.
Tak berselang lama, Langkah serupa diambil oleh PT Sokonindo Automobile (DFSK) yang menempatkan pabriknya di Cikande, Serang, Banten dengan investasi mencapai lebih dari 150 juta dolar AS.
Baca juga: Persaingan Sengit Menuju Juara Baru MotoGP 2020 Tanpa Marc Marquez
Menariknya, pabrik menggunakan teknologi terkini sehingga mendekati industri 4.0 sebagai 'smart factory' berstandar internasional. Artinya, di sana banyak kegiatan produksi yang dilakukan secara robotik sehingga pengerjaan lebih presisi, efektif, serta efisien.
Melalui DFSK Glory 580 sebagai produk pertama yang diluncurkan pada pertengahan 2018, perusahaan bertekad untuk memenuhi lebih dari 50 persen kandungan lokal kebutuhan suku cadang dalam kurun waktu tiga tahun, dengan target akhir mencapai 80 persen.
Jelang penutupan tahun 2019, Hyundai Motor Company memutuskan untuk menanamkan investasi sebesar 1,54 miliar dolar AS di Indonesia yang dimanfaatkan untuk membangun pabrik dan pengembangan serta produksi kendaraan.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadia saat itu menyampaikan, realisasi investasi pabrikan Korea Selatan tersebut bakal dilakukan melalui dua tahap yakni 2019-2021 dan 2022-2030.
Pada fase pertama, Hyundai akan berfokus pada investasi pabrik pembuatan mobil berlokasi di Jawa Barat dan akan mengekspor setidaknya 50 persen dari total produksi.
Sementara di fase kedua, akan berfokus pada pengembangan pabrik pembuatan mobil listrik, transmisi, pusat penelitian dan pengembangan, pusat pelatihan, dan rencana ekspor.
Baca juga: Pajak Nol Persen Ditolak, Kemenperin Tidak Menyerah Ajukan Relaksasi
"Hyundai juga itu masuk Indonesia bersedia untuk memproduksi mobil listrik. Itu salah satu komitmen dia, jadi tidak hanya mendatangkan mobil listrik dari luar," kata Bebin.
Belum lagi ada Kia yang mulai bangkit di bawah naungan Indomobil Group melalui PT Kreta Indo Artha (KIA) dan Renault bersama PT Maxindo Renault Indonesia (MRI). Tapi, mereka belum menyatakan komitmennya sebagaimana pabrikan non-jepang lain dengan membangun pabrik.
Seolah tak ingin tinggal diam, produsen raksasa asal Jepang, Toyota, Mitsubishi, dan Honda menggelontorkan investasi susulan sebesar 33,4 triliun hingga periode 2023 pada akhir 2019.
"Rencana ekspansi Toyota Group yang meliputi Toyota, Daihatsu, dan Honda sebesar Rp 28,3 triliun termasuk untuk kendaraan listrik," ucap Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono kepada Kompas.com.
Adapun kabar terbaru, pabrikan mobil listrik asal AS, Tesla Inc, dikabarkan juga tertarik untuk berinvestasi ke Indonesia untuk membuat pabrik baterai. Kabari ini sudah dikonfirmasi oleh pihak Kementerian Perindustrian.
Baca juga: Toyota AE86 Trueno, Modal Rp 1 Miliar Ditawar Rp 2,5 Miliar
Dominasi Pabrikan Jepang
Kendati demikian, Bebin menyebut bahwa pabrikan otomotif asal Jepang masih akan mendominasi setidaknya tiga sampai lima tahun mendatang. Sebab, mereka sudah memiliki berbagai keunggulan.
"Dominasi dari produk Jepang itu sulit untuk digoyahkan karena mereka sudah lebih 50 tahun di Indonesia. Tentu, jaringannya jadi lebih banyak mungkin sudah sampai tingkat kecamatan," kata dia.
"Sedangkan merek baru, punya tugas rumah lebih banyak mulai dari meyakinkan konsumen, memperluas jaringan, dan lain-lain. Tapi kalau bicara kendaraan listrik, sangat menarik karena gap peluangnya tidak besar," lanjut Bebin.
Baca juga: Toyota Kuasai Pasar Penjualan Mobil Nasional Januari-Oktober 2020
"Kalau saya melihat, 3-5 tahun ke depan belum lah menggeser dominasi pabrikan Jepang. Tetapi perkembangan teknologi, peralihan dari kendaraan berbahan bakar jadi listrik, mungkin bisa memicu sesuatu," ucap dia lagi.
Kalaupun dominasi Toyota, Daihatsu, Honda, Suzuki, Mitsubishi, serta Nissan belum bisa digoyahkan, setidaknya kedatangan pabrikan baru membuat mereka tidak bisa bersantai-santai.
"Kompetisi akan semakin cepat, sehingga memaksa seluruh pabrikan untuk berinovasi lebih. Ini sangat menarik untuk dinanti," tutup Bebin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.