JAKARTA, KOMPAS.com – Salah satu cara agar bisa mengemudi yaitu dengan mengikuti kursus. Namun kebanyakan yang terlihat, kursus mengemudi langsung kepada praktek di jalanan, penyampaian materi mengenai perilaku pengemudi masih kurang.
Hal ini bisa dilihat di jalanan, ada saja pengemudi yang memang bisa mengemudi namun kurang memiliki sikap yang baik. Biasanya tidak mau mengalah atau sering melanggar aturan.
Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia, Sony Susmana mengatakan, kursus mengemudi harus memenuhi dua hal, yaitu operasional (hard skill) dan perilaku (soft skill).
Apabila kedua hal tidak dikuasai, pengemudi tersebut belum memenuhi standar keselamatan.
Baca juga: Honda CR-V Bersolek dari Thailand
“Selama ini penekanannya hanya hardskill, itu pun masih ada yang salah dalam mengajarkannya. Rata-rata hanya mengejar kuantitas tanpa memerhatikan kualitas dari pengemudinya,” kata Sony kepada Kompas.com, Kamis (16/7/2020).
Sony menambahkan, materi tentang softskill selama ini hanya jadi pajangan di dalam materi, tapi tidak pernah dilakukan selama kursus. Misalnya di lajur mana yang sesuai dengan kecepatan, bagaimana perilaku yang benar saat mengemudi.
“Biasanya siswa siap enggak siap di tes di jalan raya, seperti hanya mengejar kuantitas. Padahal turun ke jalan bisa dilakukan setelah siswanya paham dan menguasai hard dan softskill,” ucap Sony.
Baca juga: Sensasi Naik Sasis Dek Tinggi, Pemandangan Kayak Naik Bus Tingkat
Untuk mematangkan kemampuan siswa, bisa dengan menggunakan simulator. Jadi ketika sudah lancar di simulator, bisa dilakukan di jalan raya. Saat ini memang sudah ada beberapa kursus mengemudi yang memakai simulator.
“Ada, namun kurang sesuai kebutuhan, seat positionnya seperti mobil balap, jadi kurang nyata dengan apa yang sebenarnya,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.