Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Efek yang Terjadi Jikalau Mesin Diesel Modern Diisi Solar Busuk

Kompas.com - 06/07/2020, 11:02 WIB
Dio Dananjaya,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Sejumlah mobil diesel bermesin modern telah dilengkapi teknologi common rail hingga turbo. Berbeda dengan mesin diesel lawas, mobil diesel keluaran baru dianjurkan untuk diisi dengan BBM yang berkualitas bukan solar busuk (grade rendah).

Nurkholis, National Technical Leader PT Toyota Astra Motor, mengatakan, mesin diesel yang menganut teknologi common rail hingga turbo memiliki tekanan ruang bakar yang sangat tinggi.

Tanpa bahan bakar berkualitas, pembakaran mesin tidak akan sempurna. Bahkan mobil bisa mengeluarkan asap berlebih dan terjadi penurunan performa.

 Baca juga: Diambil Alih Pemerintah Pusat, Terminal Bus Bakal Punya Mal dan Hotel

 

Ilustrasi SPBU Pertamina. KOMPAS/HERU SRI KUMORO Ilustrasi SPBU Pertamina.

“Itu memerlukan kualitas bahan bakar yang bagus, untuk menghindari dari friksi dan kerusakan-kerusakan yang terjadi, misalnya pada pompa dan injektor,” ujar Nurkholis, dalam diskusi virtual beberapa waktu lalu.

Solar yang bagus ditandai dengan beberapa indikator. Misalnya untuk BBM jenis Pertamina Dex, memiliki angka cetane number 53, dengan kandungan sulfur minimal 1.200 ppm.

Sementara Solar atau Bio Solar memiliki angka cetane number 48, dengan kandungan sulfur sekitar 3.500 ppm.

 Baca juga: Begini Wujud Nissan Magnite, SUV Baru Calon Pesaing Rocky dan Raize

 

Pemakaian Biosolar disebut memberikan sejumlah kendala pada mesin dieselrednewswire.com Pemakaian Biosolar disebut memberikan sejumlah kendala pada mesin diesel

Tri Yuswidjadjanto Zaenuri, ahli konversi energi dari Fakultas Teknik dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung, mengatakan, solar dengan angka cetane number lebih rendah dapat menyebabkan detonasi pada mesin diesel.

Kondisi ini diakibatkan pembakaran yang tidak terkontrol hingga menyebabkan tenaga mesin menurun, boros BBM, serta menghasilkan emisi gas buang yang tinggi.

“Ini yang akan menyebabkan korosi, yang nanti akan menurunkan tekanan kompresi, kemudian mengubah spray pattern, akhirnya pembakaran menjadi lebih buruk,” ucap Yus, dalam kesempatan yang sama.

 Baca juga: Motor Masih Nyicil Hilang Dicuri Maling, Apa yang Harus Dilakukan?

 

Mesin Diesel Kia Grand SedonaKOMPAS.com / Aditya Maulana Mesin Diesel Kia Grand Sedona

Yus juga menambahkan, kerusakan yang terjadi pada mesin diesel modern tak hanya diakibatkan karena angka cetane number yang terlampau rendah.

Tapi juga karena Solar yang dipakai tidak memiliki kandungan aditif deterjen yang bisa membersihkan ruang bakar.

Menurutnya, Solar berkualitas rendah akan menyebabkan deposit atau kerak pada mesin diesel semakin banyak.

 Baca juga: Awas Macet, Mulai Senin Jalan Tol Jakarta-Cikampek Ada Perbaikan

 

Ilustrasi polusi yang dikeluarkan knalpot kendaraan.Paultan.org Ilustrasi polusi yang dikeluarkan knalpot kendaraan.

“Kerak ini terbentuk saat mobil selesai dikendarai dan mesin sudah dimatikan. Kondisi ini membuat bahan bakar yang terjebak di injektor mengalami oksidasin dan membentuk kerak akibat panas serta tidak ada aliran,” kata Yus.

“Deterjen pada Solar berkualitas berfungsi untuk membentuk lapisan licin, sehingga saat mesin dinyalakan kembali, kerak tersebut akan terdorong keluar dari ruang pembakaran,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau