Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erupsi Gunung Anak Krakatau, Begini Bersihkan Abu Vulkanik di Mobil

Kompas.com - 11/04/2020, 11:02 WIB
Ari Purnomo,
Aditya Maulana

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Gunung Anak Krakatau (GAK) meletus pada Jumat (10/4/2020) malam. Letusan terjadi dua kali, yang pertama terjadi pada pukul 21.58 WIB dengan kolom abu diperkirakan mencapai ketinggian 357 meter di atas permukaan laut.

Sedangkan letusan yang kedua terjadi pada pukul 22.35 WIB, dengan ketinggian kolom abu diperkirakan mencapai 657 meter.

Abu vulkanik pun sampai ke permukiman warga, selain mengenai rumah, tentunya kendaraan juga tidak luput dari guyuran abu dari GAK tersebut.

Baca juga: Usai Mobil Terjang Hujan Abu Vulkanik, Jangan Lupa Bersihkan Filter

Kendaraan yang terkena abu dari erupsi gunung berapi sebaiknya segera dibersihkan. Pasalnya, jika dibiarkan, akan merusak cat kendaraan karena abu mengandung material berbahaya.

Seperti batu kecil, mineral, dan debu vulkanik. Untuk membersihkannya, juga harus dilakukan dengan cermat untuk mencegah terjadinya kerusakan.

Warga melintasi jalan yang diselimuti abu vulkanik letusan Gunung Merapi di Muntilan, Jawa Tengah, Kamis (24/5). Sejumlah daerah di kawasan Magelang, Jawa Tengah terkena hujan abu vulkanik akibat letusan Gunung Merapi yang terjadi pada Kamis (24/5) pukul 02.56 WIB dengan durasi 4 menit dan tinggi kolom (asap letusan) 6.000 meter. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/foc/18.   Andreas Fitri Atmoko Warga melintasi jalan yang diselimuti abu vulkanik letusan Gunung Merapi di Muntilan, Jawa Tengah, Kamis (24/5). Sejumlah daerah di kawasan Magelang, Jawa Tengah terkena hujan abu vulkanik akibat letusan Gunung Merapi yang terjadi pada Kamis (24/5) pukul 02.56 WIB dengan durasi 4 menit dan tinggi kolom (asap letusan) 6.000 meter. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/foc/18.

CEO Makko Group, Christopher Sebastian, mengatakan, untuk membersihkan mobil yang terkena abu vulkanik, ada beberapa tahap yang bisa dilakukan sendiri di rumah. Pertama, segera mencuci mobil menggunakan air bersih.

“Basuh seluruh bodi dilakukan karena abu vulkanik terbentuk dari material batu kecil, mineral, dan debu vulkanik. Jadi sangat berbahaya bagi permukaan mobil, mesin, maupun kaca,” katanya kepada Kompas.com, belum lama ini.

Untuk penyemprotan airnya, Christopher menyarankan agar tekanan airnya yang cukup kencang.

Hal ini bertujuan untuk melepaskan seluruh debu vulkanik yang menempel pada kendaraan terutama pada bagian kacanya.

Baca juga: Cara Aman Berkendara saat Kondisi Hujan Abu Vulkanik

“Semprot di seluruh mobil mulai dari bagian atas sampai bawah. Lakukan dengan seksama sampai debu tidak terlihat lagi menempel di permukaan," ucapnya.

Christopher melanjutkan, lap permukaan mobil setelah dipastikan dicuci bersih. Untuk mengelap ini, sebaiknya menggunakan kain khusus yang aman untuk mobil mobil.

"Gunakan kain microfiber yang khusus digunakan untuk bodi kendaraan. Tidak harus baru, asalkan bersih," ucapnya.

Ilustrasi kaca mobil kotorwww.angieslist.com Ilustrasi kaca mobil kotor

Untuk mengelap permukaan ini, ada teknik tersendiri untuk menghindari goresan tajam dari abu vulkanik. Sebaiknya saat mengelap dengan cara satu arah jangan diputar karena bisa berpotensi menimbulkan goresan.

Untuk mengelap lakukan gerakan satu arah, jangan memutar. Pasalnya, abu vulkanik tidak seperti debu pada umumnya, lebih tajam.

Baca juga: Mobil Kena Abu Vulkanik, Jangan Langsung Menyalakan Wiper

Christopher juga menyarankan agar pembersihan juga dilakukan di area tertutup supaya debu tidak kembali menempel. Jika kendaraan terpaksa harus segera digunakan, bilas dahulu sampai benar-benar kering.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com