JAKARTA, KOMPAS.com - Produsen hanya menjamin ketersediaan komponen sepeda motor sekitar tujuh sampai 10 tahun sejak berhenti produksi, lebih dari itu maka pemilik mesti pintar-pintar mencari spareparts.
Denny Yamka, dari klub Honda Tiger Mailing List (HTML) Jakarta Selatan, mengatakan, hal itu juga terjadi untuk Honda Tiger yang setop produksi pada 2013. Sehingga pemilik Tiger mensiasatinya pakai barang copotan.
"Terutama buat Tilas ya, karena motor sudah tidak produksi. Sekarang banyak yang jualan pretelan. Jadi mereka berburunya ke limbah, ke barang copotan," kata Denny kepada Kompas.com, belum lama ini.
Baca juga: Mengenal 3 Generasi Honda Tiger Versi Anak Motor
Denny mengatakan, tak sedikit barang copotan yang diperjual belikan. Skema jual beli per bagian seperti ini pun disukai sebab bisa menguntungkan kedua belah pihak baik penjual atau pembeli.
Penjual bisa mendapat keuntungan karena barangnya diecer sedangkan konsumen hanya perlu mencari barang yang dia butuhkan. Apalagi kalau eceran bisa mencari barang yang sulit tersedia di bengkel resmi.
"Misalkan dia mau buat balap, ada penjual yang mau jual pretelan yang tidak mau jual unit tapi peretelan, sebab orang biasanya lebih untung beli peretelan, cuma kan yang jual capek bongkarnya, kaya gitu," katanya.
Denny mengatakan komponen yang diecer pun hampir semua bagian, mulai engine head, blok atas, master rem, sasis, bodi baik tangki dan lainnya, suspensi, pelek dan tromol serta banyak lagi.
Baca juga: Ini Dia Komponen Honda Tiger yang Terkenal Mahal
"Seperti kupingan itu sulit mau cari di mana, set lampu sein juga, sebab sein di Tiger ada warna-warnanya, ada yang chasing warna hitam atau putih, memang bervariasi dari cetakan AHM," katanya.
Medsos
Denny mengatakan para penjual biasanya berkumpul dalam satu grup di media sosial terutama Facebook. Di medsos dijajakan berbagai komponen copotan dari berbagai jenis Tger mulai yang lama sampai baru.
"Di medsos soal pertilasan Tiger itu orang sudah tahu semua, tapi kalau yang belum biasanya nyari di bengkel dan bengkel biasanya bilang tidak ada, tapi kalau dia sudah masuk atau punya temen pasti nyari di grup medsos," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.